BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pendidikan merupakan hal yang menarik
untuk diperbincangkan. Pendidikan secara umum dapat dilihat dimanapun kita
berada baik di dalam keluarga, institusi-institusi pendidikan, masyarakat
ataupun melalui media yang kini mulai maju yang dapat memberikan berbagai
informasi. Hubungannya dengan siapa yang melaksankan pendidikan, siapapun
berhak atas pendidikan baik melakukan maupun memperoleh pendidikan. Lamanya
proses manusia melakukan pendidikan tidak terbatas waktunya.
Hal inilah yang menjadikan permasalahan pendidikan menjadi menarik dengan melihat realita yang berkembang di masyarakat. Sekolah sendiri merupakan bagian dari institusi pendidikan formal. Realitanya jika seseorang mencari lapangan kerja tentunya perihal yang akan ditanyakan bukanlah seberapa jujurnya orang tersebut namun apa pendidikan terakhirnya.
Hal inilah yang menjadikan permasalahan pendidikan menjadi menarik dengan melihat realita yang berkembang di masyarakat. Sekolah sendiri merupakan bagian dari institusi pendidikan formal. Realitanya jika seseorang mencari lapangan kerja tentunya perihal yang akan ditanyakan bukanlah seberapa jujurnya orang tersebut namun apa pendidikan terakhirnya.
Lalu
sebagai umat muslim yang memiliki perhatian terhadap pendidikan Islam. Kondisi
saat ini masyarakat telah memahami pendidikan hanya dalam sebuah wadah yang
dinamakan sekolah. Sedangkan tujuan mendasar pendidikan Islam pun diatur dalam
peraturan pemerintah . Tidak hanya pendidikan Islam saja namun pendidikan semua
agama pun diatur oleh pemerintah bahwa Pendidikan Agama adalah pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan
peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan
sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan. Suatu tujuan
akan nilai dari pendidikan perlahan-lahan pun mulai luntur. Semakin
berat meskipun negara ini sudah lama merdeka namun seakan masih dalam
penjajahan. Menjadi suatu harapan besar jika seluruh masyarakat dapat menempuh
pendidikan dan mengembalikan nilai pendidikan itu sendiri agar menjadi proyek
kemanusiaan bukan proyek mengejar materi.[1]
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang, pemakalah menemukan beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1.
Bagaimana konsepsi
islam tentang manusia?
2. Apa
tujuan pendidikan islam untuk proyeksi kemanusiaan?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui konsepsi islam tentang manusia.
2. Untuk
mengetahui tujuan pendidikan islam untuk proyeksi kemanusiaan.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk
mengetahui konsepsi islam tentang manusia.
2. Untuk
mengetahui tujuan pendidikan islam untuk proyeksi kemanusiaan.
E. Penegasan
Istilah
1. Menggagas
Menggagas berasal dari kata dasar gagas,
yang mendapatkan imbuhan meng-, yang memiliki arti memikirkan sesuatu.[2]
2. Pendidikan
Istilah
pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti “pergaulan
dengan anak-anak”.[3]
3.
Islam
Islam
adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW., berpedoman pada kitab suci
Al-Qur’an,
yang duturunkan ke dunia melalui
wahyu Allah SWT.[4]
4.
Proyeksi
Proyeksi adalah perkiraan tentang suatu keadaan masa yang
akan datang dengan menggunakan data yang ada (sekarang).[5]
5. Kemanusiaan
Manusia adalah makhluk yang berakal budi, jadi
kemanusiaan adalah sifat-sifat yang di miliki oleh manusia.
Jadi, menggagas pendidikan islam untuk proyeksi
kemanusiaan adalah memikirkan atau membahas tentang ajaran yang membentuk
kepribadian muslim untuk pandangan mendatang oleh manusia.[6]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsepsi Islam tentang
Manusia
Pembahasan
tentang ilmu pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek yang menjadi
sasarannya, yaitu manusia. Dan karena yang menjadi topik prmbahasan sekarang
adalah pendidikan islam, maka secara filosofis harus mengikutsertakan obyek
utamanya yaitu manusia.[7]
Islam memiliki
konsepsi manusia dan alam semesta yang jelas dan wajib diimani oleh manusia.
Konsep-konsep itu adalah:[8]
1. Islam memiliki kejelasan pikiran yang menjadi landasan
hidup seorang muslim.
2. Islam memiliki kelogisan aqidah dan kesesuaiannya dengan
fitrah, akal dan jiwa manusiawi.
3. Islam memiliki obyek keyakinan yang jelas, karena
disajikan secara memuaskan lewat al-Qur’an yang dengannya, manusia akan
menyaksikan realitas sebagai bahan perenungan serta mengantarkan manusia pada
pengetahuan tentang kekuasaan dan keesaan Allah sesuai dengan tabiat psikologis
dan fitrah keagamaan manusia.
4. Jika diantara kita ada yang bertanya-tanya, mengapa
al-Qur’an menggunakan dialog yang menyentuh perasaan dan emosi serta membahas
akal dan pengalaman yang mampu mengalirkan air mata dan menimbulkan getaran
hati tatkala semuanya diungkapkan secara berulang-ulang, terutama tentang alam
semesta dan diri.
B.
Tujuan Pendidikan Islam untuk Proyeksi Kemanusiaan
Tujuan pendidikan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Abu Ahmad
mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam untuk proyeksi kemanusiaan meliputi
:[9]
1.
Tujuan Tertinggi/
Terakhir
Tujuan ini bersifat
mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep
ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi
tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “insan kamil” (manusia
paripurna).
Indikator insan kamil tersbut diantaranya menjadi hamba Allah, mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi Al-ardh, untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat, dan terciptanya manusia yang mempunyai wajah Qur’ani.
Indikator insan kamil tersbut diantaranya menjadi hamba Allah, mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi Al-ardh, untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat, dan terciptanya manusia yang mempunyai wajah Qur’ani.
2.
Tujuan Umum
Tujuan umum ini lebih
bersifat empirik dan realistik. Al Abrasyi misalnya menyampaikan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia,
persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat, persiapan untuk mencari rejeki,
menumbuhkan semangat ilmiah, dan menyiapkan pelajar dari segi professional.
3.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah
pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi yang bersifat relative sehingga
dapat berubah menyesuaikan kebutuhan. Tujuan pendidikan bisa dibuat berdasrkan
kultur dan cita-cita suatu bangsa, minat, bakat, kesanggupan subyek didik, dan
tuntutan situasi.
4.
Tujuan Sementara
Tujuan sementara pada
umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala
tuntutan kehidupan. Zakiah Darajat menyatakan bahwa tujuan sementara itu
merupakan tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
Tujuan diatas lebih
mengarah pada suatu konsep kurikulum yang terikat pada institusi yang dinamakan
sekolah/ madrasah. Tujuan-tujuan tersebut sangat indah dalam suatu konseptual
namun realitanya pendidikan di Indonesia lebih berkiblat pada pendidikan
pragmatis Amerika.
Jika tujuan
sementaranya agar peserta didik menjadi profesional maka orientasinya jelas
adalah materi. Maka kedudukan pendidikan agama tidak lebih sebagai ilmu
komplementer atau sekedar pelengkap. Tidak salah jika materi dijadikan tujuan
tetapi alangkah indah jika orang lain merasakan manfaat dari ilmu yang kita
miliki.
Kenyataan ini dapat dilihat dari para orang tua yang menginginkan anaknya terampil dalam segala hal, mereka tanpa memperdulikan tahap perkembangan anaknya memaksa mereka untuk sekolah di sekolah elit, memasukkannya ke berbagai lembaga kursus. Hal ini menjadi masalah jika anak selaku peserta didik menjadi stress ataupun jika tidak ia hanya akan menjadi orang yang cerdas dalam teori namun tidak dapat memecahkan persoalan di masyatakat.
Untuk itu, tujuan pendidikan Islam meliputi empat aspek yaitu jasmani, ruhani, akal, dan sosial. Jika kita menginginkan pendidikan dapat membuat memanusia menjadi insan kamil maka output dari pendidikan tersebut harus adalah orang-orang yang kuat secara fisik dan mental, memiliki kesalehan, hati yang bersih dan memliki kedekatan dengan Allah, cerdas dalam berfikir, dan mampu memjadi problem solver bagi masyarakat.
Kenyataan ini dapat dilihat dari para orang tua yang menginginkan anaknya terampil dalam segala hal, mereka tanpa memperdulikan tahap perkembangan anaknya memaksa mereka untuk sekolah di sekolah elit, memasukkannya ke berbagai lembaga kursus. Hal ini menjadi masalah jika anak selaku peserta didik menjadi stress ataupun jika tidak ia hanya akan menjadi orang yang cerdas dalam teori namun tidak dapat memecahkan persoalan di masyatakat.
Untuk itu, tujuan pendidikan Islam meliputi empat aspek yaitu jasmani, ruhani, akal, dan sosial. Jika kita menginginkan pendidikan dapat membuat memanusia menjadi insan kamil maka output dari pendidikan tersebut harus adalah orang-orang yang kuat secara fisik dan mental, memiliki kesalehan, hati yang bersih dan memliki kedekatan dengan Allah, cerdas dalam berfikir, dan mampu memjadi problem solver bagi masyarakat.
Winkel mengemukakan
ranah yang harus diperhatiakan terhadap peserta didik yaitu kognitif terkait
dengan pengetahuannya, afektif terkait dengan sikap dan perilakunya, dan
psikomotorik yaitu praktik atau penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jika ada seorang pendidik yang mengharapkan imbalan tentunya adalah wajar karena setiap orang memiliki kebutuhan. Namun bukan berarti materi yang menjadi orientasi utama bagi pendidik maupun peserta didik nantinya. Seorang pendidik ataupun output dari suatu proses pendidikan harus membuka mata dengan keadaan masyarakat dan siap mengabdi pada masyarakat dengan selalu menanamkan dalam hati apa tujuan akhir seorang penuntut ilmu yaitu bahagia di dunia dan di akhirat.
Jika ada seorang pendidik yang mengharapkan imbalan tentunya adalah wajar karena setiap orang memiliki kebutuhan. Namun bukan berarti materi yang menjadi orientasi utama bagi pendidik maupun peserta didik nantinya. Seorang pendidik ataupun output dari suatu proses pendidikan harus membuka mata dengan keadaan masyarakat dan siap mengabdi pada masyarakat dengan selalu menanamkan dalam hati apa tujuan akhir seorang penuntut ilmu yaitu bahagia di dunia dan di akhirat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan Rumusan Masalah, maka kesimpulannya adalah:
1.
Islam memiliki
konsepsi manusia dan alam semesta yang jelas dan wajib diimani oleh manusia.
Konsep-konsep itu adalah:
a.
Islam memiliki kejelasan
pikiran yang menjadi landasan hidup seorang muslim.
b.
Islam memiliki
kelogisan aqidah dan kesesuaiannya dengan fitrah, akal dan jiwa manusiawi.
c.
Islam memiliki
obyek keyakinan yang jelas, karena disajikan secara memuaskan lewat al-Qur’an
yang dengannya, manusia akan menyaksikan realitas sebagai bahan perenungan
serta mengantarkan manusia pada pengetahuan tentang kekuasaan dan keesaan Allah
sesuai dengan tabiat psikologis dan fitrah keagamaan manusia.
d.
Jika diantara kita
ada yang bertanya-tanya, mengapa al-Qur’an menggunakan dialog yang menyentuh
perasaan dan emosi serta membahas akal dan pengalaman yang mampu mengalirkan
air mata dan menimbulkan getaran hati tatkala semuanya diungkapkan secara
berulang-ulang, terutama tentang alam semesta dan diri.
2.
Tujuan pendidikan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Abu Ahmad
mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam untuk proyeksi kemanusiaan meliputi
:
a.
Tujuan Tertinggi/
Terakhir
Tujuan ini bersifat
mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep
ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi
tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “insan kamil” (manusia
paripurna). Indikator
insan kamil tersbut diantaranya menjadi hamba Allah, mengantarkan subjek didik
menjadi khalifah Allah fi Al-ardh, untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan
hidup di dunia sampai akhirat, dan terciptanya manusia yang mempunyai wajah
Qur’ani.
b.
Tujuan Umum
Tujuan umum ini lebih
bersifat empirik dan realistik. Al Abrasyi misalnya menyampaikan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia,
persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat, persiapan untuk mencari rejeki,
menumbuhkan semangat ilmiah, dan menyiapkan pelajar dari segi professional.
c.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah
pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi yang bersifat relative sehingga
dapat berubah menyesuaikan kebutuhan. Tujuan pendidikan bisa dibuat berdasrkan
kultur dan cita-cita suatu bangsa, minat, bakat, kesanggupan subyek didik, dan
tuntutan situasi.
d.
Tujuan Sementara
Tujuan sementara pada
umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala
tuntutan kehidupan. Zakiah Darajat menyatakan bahwa tujuan sementara itu
merupakan tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
B. Kritik dan
Saran
Sebagai kata penutup dalam makalah
ini, pemakalah menyadari masih ada kekurangan dan kesalahan, baik dalam
penulisan maupun penyusunan.Oleh karena itu, besar harapan dari pemakalah untuk
saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi kebaikan dalam
pembuatan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2007.
http://sigitmujahid.blogspot.com/2010/04/mengembalikan-pendidikan-islam-sebagai.html
Nata
Abuddin, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2012, cet. Ke-1.
Syafaat Aat dkk, Peranan
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, cet. Ke 1.
Darajat Zakiyah, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
An Nahlawi Abdur Rohman, Pendidikan Islam di Rumah,Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema
Insani, 1995.
[2] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), hlm. 326.
[3]H. Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada), 2012, cet. Ke-1, hlm. 42.
[4]Aat syafaat dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Rajawali Pers), 2008, cet. Ke 1, hlm. 1.
[8] Abdur Rohman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah,Sekolah dan
Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hlm. 35-36.
No comments:
Post a Comment