Wednesday, 27 November 2013

Konsepsi Islam tentang Manusia



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang menarik untuk diperbincangkan. Pendidikan secara umum dapat dilihat dimanapun kita berada baik di dalam keluarga, institusi-institusi pendidikan, masyarakat ataupun melalui media yang kini mulai maju yang dapat memberikan berbagai informasi. Hubungannya dengan siapa yang melaksankan pendidikan, siapapun berhak atas pendidikan baik melakukan maupun memperoleh pendidikan. Lamanya proses manusia melakukan pendidikan tidak terbatas waktunya.
Hal inilah yang menjadikan permasalahan pendidikan menjadi menarik dengan melihat realita yang berkembang di masyarakat. Sekolah sendiri merupakan bagian dari institusi pendidikan formal. Realitanya jika seseorang mencari lapangan kerja tentunya perihal yang akan ditanyakan bukanlah seberapa jujurnya orang tersebut namun apa pendidikan terakhirnya.
Lalu sebagai umat muslim yang memiliki perhatian terhadap pendidikan Islam. Kondisi saat ini masyarakat telah memahami pendidikan hanya dalam sebuah wadah yang dinamakan sekolah. Sedangkan tujuan mendasar pendidikan Islam pun diatur dalam peraturan pemerintah . Tidak hanya pendidikan Islam saja namun pendidikan semua agama pun diatur oleh pemerintah bahwa Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Suatu tujuan akan nilai dari pendidikan perlahan-lahan pun mulai luntur. Semakin berat meskipun negara ini sudah lama merdeka namun seakan masih dalam penjajahan. Menjadi suatu harapan besar jika seluruh masyarakat dapat menempuh pendidikan dan mengembalikan nilai pendidikan itu sendiri agar menjadi proyek kemanusiaan bukan proyek mengejar materi.[1]

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, pemakalah menemukan beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1.      Bagaimana konsepsi islam tentang manusia?
2.      Apa tujuan pendidikan islam untuk proyeksi kemanusiaan?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui konsepsi islam tentang manusia.
2.      Untuk mengetahui tujuan pendidikan islam untuk proyeksi kemanusiaan.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Untuk mengetahui konsepsi islam tentang manusia.
2.      Untuk mengetahui tujuan pendidikan islam untuk proyeksi kemanusiaan.

E.     Penegasan Istilah
1.      Menggagas
Menggagas berasal dari kata dasar gagas, yang mendapatkan imbuhan meng-, yang memiliki arti memikirkan sesuatu.[2]
2.      Pendidikan
Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie  yang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”.[3]
3.      Islam
Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW., berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an, yang duturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.[4]
4.      Proyeksi
Proyeksi adalah perkiraan tentang suatu keadaan masa yang akan datang dengan menggunakan data yang ada (sekarang).[5]
5.      Kemanusiaan
Manusia adalah makhluk yang berakal budi, jadi kemanusiaan adalah sifat-sifat yang di miliki oleh manusia.
Jadi, menggagas pendidikan islam untuk proyeksi kemanusiaan adalah memikirkan atau membahas tentang ajaran yang membentuk kepribadian muslim untuk pandangan mendatang oleh manusia.[6]













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsepsi  Islam tentang Manusia
Pembahasan tentang ilmu pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek yang menjadi sasarannya, yaitu manusia. Dan karena yang menjadi topik prmbahasan sekarang adalah pendidikan islam, maka secara filosofis harus mengikutsertakan obyek utamanya yaitu manusia.[7]
Islam memiliki konsepsi manusia dan alam semesta yang jelas dan wajib diimani oleh manusia. Konsep-konsep itu adalah:[8]
1.      Islam memiliki kejelasan pikiran yang menjadi landasan hidup seorang muslim.
2.      Islam memiliki kelogisan aqidah dan kesesuaiannya dengan fitrah, akal dan jiwa manusiawi.
3.      Islam memiliki obyek keyakinan yang jelas, karena disajikan secara memuaskan lewat al-Qur’an yang dengannya, manusia akan menyaksikan realitas sebagai bahan perenungan serta mengantarkan manusia pada pengetahuan tentang kekuasaan dan keesaan Allah sesuai dengan tabiat psikologis dan fitrah keagamaan manusia.
4.      Jika diantara kita ada yang bertanya-tanya, mengapa al-Qur’an menggunakan dialog yang menyentuh perasaan dan emosi serta membahas akal dan pengalaman yang mampu mengalirkan air mata dan menimbulkan getaran hati tatkala semuanya diungkapkan secara berulang-ulang, terutama tentang alam semesta dan diri.


B.     Tujuan Pendidikan Islam untuk Proyeksi Kemanusiaan
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Abu Ahmad mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam untuk proyeksi kemanusiaan meliputi :[9]
1.      Tujuan Tertinggi/ Terakhir
Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “insan kamil” (manusia paripurna).
Indikator insan kamil tersbut diantaranya menjadi hamba Allah, mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi Al-ardh, untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat, dan terciptanya manusia yang mempunyai wajah Qur’ani
.
2.      Tujuan Umum
Tujuan umum ini lebih bersifat empirik dan realistik. Al Abrasyi misalnya menyampaikan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia, persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat, persiapan untuk mencari rejeki, menumbuhkan semangat ilmiah, dan menyiapkan pelajar dari segi professional.
3.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi yang bersifat relative sehingga dapat berubah menyesuaikan kebutuhan. Tujuan pendidikan bisa dibuat berdasrkan kultur dan cita-cita suatu bangsa, minat, bakat, kesanggupan subyek didik, dan tuntutan situasi.
4.      Tujuan Sementara
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan. Zakiah Darajat menyatakan bahwa tujuan sementara itu merupakan tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
Tujuan diatas lebih mengarah pada suatu konsep kurikulum yang terikat pada institusi yang dinamakan sekolah/ madrasah. Tujuan-tujuan tersebut sangat indah dalam suatu konseptual namun realitanya pendidikan di Indonesia lebih berkiblat pada pendidikan pragmatis Amerika.
Jika tujuan sementaranya agar peserta didik menjadi profesional maka orientasinya jelas adalah materi. Maka kedudukan pendidikan agama tidak lebih sebagai ilmu komplementer atau sekedar pelengkap. Tidak salah jika materi dijadikan tujuan tetapi alangkah indah jika orang lain merasakan manfaat dari ilmu yang kita miliki.
Kenyataan ini dapat dilihat dari para orang tua yang menginginkan anaknya terampil dalam segala hal, mereka tanpa memperdulikan tahap perkembangan anaknya memaksa mereka untuk sekolah di sekolah elit, memasukkannya ke berbagai lembaga kursus. Hal ini menjadi masalah jika anak selaku peserta didik menjadi stress ataupun jika tidak ia hanya akan menjadi orang yang cerdas dalam teori namun tidak dapat memecahkan persoalan di masyatakat.
Untuk itu, tujuan pendidikan Islam meliputi empat aspek yaitu jasmani, ruhani, akal, dan sosial. Jika kita menginginkan pendidikan dapat membuat memanusia menjadi insan kamil maka output dari pendidikan tersebut harus adalah orang-orang yang kuat secara fisik dan mental, memiliki kesalehan, hati yang bersih dan memliki kedekatan dengan Allah, cerdas dalam berfikir, dan mampu memjadi problem solver bagi masyarakat.
Winkel mengemukakan ranah yang harus diperhatiakan terhadap peserta didik yaitu kognitif terkait dengan pengetahuannya, afektif terkait dengan sikap dan perilakunya, dan psikomotorik yaitu praktik atau penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jika ada seorang pendidik yang mengharapkan imbalan tentunya adalah wajar karena setiap orang memiliki kebutuhan.
Namun bukan berarti materi yang menjadi orientasi utama bagi pendidik maupun peserta didik nantinya. Seorang pendidik ataupun output dari suatu proses pendidikan harus membuka mata dengan keadaan masyarakat dan siap mengabdi pada masyarakat dengan selalu menanamkan dalam hati apa tujuan akhir seorang penuntut ilmu yaitu bahagia di dunia dan di akhirat.






















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan Rumusan Masalah, maka kesimpulannya adalah:
1.      Islam memiliki konsepsi manusia dan alam semesta yang jelas dan wajib diimani oleh manusia. Konsep-konsep itu adalah:
a.       Islam memiliki kejelasan pikiran yang menjadi landasan hidup seorang muslim.
b.      Islam memiliki kelogisan aqidah dan kesesuaiannya dengan fitrah, akal dan jiwa manusiawi.
c.       Islam memiliki obyek keyakinan yang jelas, karena disajikan secara memuaskan lewat al-Qur’an yang dengannya, manusia akan menyaksikan realitas sebagai bahan perenungan serta mengantarkan manusia pada pengetahuan tentang kekuasaan dan keesaan Allah sesuai dengan tabiat psikologis dan fitrah keagamaan manusia.
d.      Jika diantara kita ada yang bertanya-tanya, mengapa al-Qur’an menggunakan dialog yang menyentuh perasaan dan emosi serta membahas akal dan pengalaman yang mampu mengalirkan air mata dan menimbulkan getaran hati tatkala semuanya diungkapkan secara berulang-ulang, terutama tentang alam semesta dan diri.
2.      Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Abu Ahmad mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam untuk proyeksi kemanusiaan meliputi :
a.       Tujuan Tertinggi/ Terakhir
Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “insan kamil” (manusia paripurna). Indikator insan kamil tersbut diantaranya menjadi hamba Allah, mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi Al-ardh, untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat, dan terciptanya manusia yang mempunyai wajah Qur’ani.
b.      Tujuan Umum
Tujuan umum ini lebih bersifat empirik dan realistik. Al Abrasyi misalnya menyampaikan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia, persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat, persiapan untuk mencari rejeki, menumbuhkan semangat ilmiah, dan menyiapkan pelajar dari segi professional.
c.       Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi yang bersifat relative sehingga dapat berubah menyesuaikan kebutuhan. Tujuan pendidikan bisa dibuat berdasrkan kultur dan cita-cita suatu bangsa, minat, bakat, kesanggupan subyek didik, dan tuntutan situasi.
d.      Tujuan Sementara
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan. Zakiah Darajat menyatakan bahwa tujuan sementara itu merupakan tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
B.  Kritik dan Saran
Sebagai kata penutup dalam makalah ini, pemakalah menyadari masih ada kekurangan dan kesalahan, baik dalam penulisan maupun penyusunan.Oleh karena itu, besar harapan dari pemakalah untuk saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi kebaikan dalam pembuatan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
http://sigitmujahid.blogspot.com/2010/04/mengembalikan-pendidikan-islam-sebagai.html
Nata Abuddin, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012, cet. Ke-1.
Syafaat Aat dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, cet. Ke 1.
Darajat Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
An Nahlawi Abdur Rohman, Pendidikan Islam di Rumah,Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 1995.



[1] http://sigitmujahid.blogspot.com/2010/04/mengembalikan-pendidikan-islam-sebagai.html
[2] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 326.
[3]H. Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada), 2012, cet. Ke-1, hlm. 42.

[4]Aat syafaat dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers), 2008, cet. Ke 1, hlm. 1.
[5] Ibid, hlm. 426
[6] Ibid,hlm. 200
[7] Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 1
[8] Abdur Rohman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah,Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hlm. 35-36.
[9] http://sigitmujahid.blogspot.com/2010/04/mengembalikan-pendidikan-islam-sebagai.html

No comments:

Post a Comment