Pendahuluan
a.Bagaimana pelaksanaan gerak yang benar?
b.Apa yang salah pada gerakan itu?
c.Mengapa gerakan itu salah?
d.Apa yang harus diperbuat untuk memperbaikinya?
Melalui biomekanik kita akan membiasakan diri untuk melakukan kegiatan atau gerak dengan cara yang efisien. Gerak yang efisien berarti: (1) Kelompok otot yang besar bekerja lebih dahulu; (2) Melakukan kegiatan/tugas dengan penuh gairah; (3) Mengeluarkan tenaga secara intelijen artinya ada koordinasi yang baik dan timing yang tepat; (4) Bergerak secara proporsional, artinya dilakukan dengan ekonomis, adanya otomatisasi. Sebaliknya gerak yang tidak efisien akan menimbulkan: (1) Penghamburan tenaga dan ketegangan yang berlebihan; (2) Kelelahan fisik dan psikis yang terlalu cepat (Hidayat, 2003).
Pembahasan
Teknik memanah yang benar terkait erat dengan segi anatomi dan mekanika gerak. Dengan mekanika gerak akan memungkinkan terciptanya keajegan (consistency) yang baik. Mengenai keajegan (consistency), Mc Kinney (1977:17) mengatakan: “In archery everything is so simple. There is no complicated motion. So, it is not very difficult for you to act the same all the time. You will be able to shoot 1440 if you repeat 144 times, this same motion exactly”. Mekanika gerak yang terkait dalam olahraga panahan adalah dua poros (axis) gerak. Dua poros gerak tersebut adalah poros I dan poros II. Poros I (satu) adalah sikap bahu dan sikap lengan penahan busur (bow hand) satu garis lurus. (Perhatikan Gambar 1.1).
Gambar 1.1 (Poros I dalam Panahan)
Poros II (dua) adalah posisi panah dan lengan penarik (draw hand) satu garis lurus. (Perhatikan Gambar 1.2).
Gambar 1.2. (Poros II dalam Panahan)
A. Hukum Newton’s (I)
Hukum Newton’s (I) sebagaimana dirumuskan oleh Sir Isaac Newton (1642-1772, dalam Hidayat, 2003:76) adalah: ”Setiap benda/tubuh selalu dalam keadaan diam atau selalu dalam keadaan bergerak lurus beraturan, kalau terhadap benda/tubuh tersebut tak ada sebab-sebab yang mempengaruhinya”. Maksud pendapat tersebut, bila suatu benda/tubuh bebas dari segala pengaruh, maka benda/tubuh tersebut tidak akan berubah keadaannya. Hukum tersebut juga disebut hukum Inertia atau hukum kekekalan. Penjelasannya adalah: ”Setiap benda akan berusaha mempertahankan keadaannya. Kalau benda itu diam ia akan berusaha mempertahankan keadaan diamnya, dan kalau ia bergerak akan mempertahankan keadaan bergeraknya”.
Bagaimana penerapan hukum Newton’s (Inertia) ini dalam olahraga panahan. Satu pernyataan populer ketika mengajar pemanah pemula dalam menarik busur adalah ”Jangan berhenti menarik busur, sebab jika berhenti menarik maka terlalu banyak usaha/tenaga yang harus dikerahkan untuk memulainya lagi, pemanah akan hilang ketegangan dibagian punggung dan tembakan tidak mungkin berhasil”.
Hukum Newton’s (Inertia) harus diterapkan dari mulai menarik (drawing), terutama dari sikap set-up. Sedangkan dari beberapa pemikiran mengatakan dari posisi ”holding” tetapi hal ini jarang bisa di capai ketika pemanah menarik busur. Pemanah tidak bisa hanya menggunakan otot bagian belakang saja dalam menarik, tetapi harus menggunakan lengan atas dan tangan penarik dengan baik. Bagaimanapun, jika pemanah secara kontinu menarik berarti melepas posisi ”holding” di mana kita butuh transfer ketegangan yang memungkinkan dari lengan atas dan tangan penarik ke otot bagian belakang. Oleh karena itu, jika ”holding” tidak tercapai tidak ada transfer ketegangan yang bisa terjadi. Selama fase transfer, otot punggung secara kontinu menggerakan scapulae ke arah tulang belakang (spine), ketika ketegangan dari lengan atas dan tangan penarik telah ditransfer. Gerakan tersebut pada scapulae sangat kecil, dan harus kontinu sepanjang ekspansi, dengan demikian hokum. Inertia hanya bisa diterapkan dari posisi ”holding”, dan bukan dari posisi set-up(tarikan awal).
1. Set-up
Setiap olahraga mempunyai posisi set-up. Seperti dalam olahraga atletik, seorang sprinter ketika siap melakukan start. Tubuh dan semua bagiannya diposisikan sedemikian rupa untuk mencapai sikap secara biomekanik benar. Untuk meninggalkan balok start dibutuhkan koordinasi syaraf otot, dan berusaha untuk mengurangi faktor antagonis yang bisa mengganggu proses tersebut. Dengan demikian setiap olahraga mempunyai posisi set-up yang memberikan keseimbangan secara dinamis.
Dalam olahraga panahan, tubuh dan peralatan harus di set sedemikian rupa supaya memungkinkan memberikan posisi secara biomekanik menguntungkan. Misalnya dalam menembak (shot), tungkai harus lurus, rileks, dan berat badan ditumpu pada kedua kaki kira-kira 60-70 % pada bola kaki dan 40-30 % pada tumit.
Menembak disarankan menggunakan open stance, sikap ini akan membantu dalam mencapai postur yang lebih baik yang cenderung menghilangkan lengkungan pada punggung. Pada posisi set-up bahu harus lurus dengan target dan scapulae berada di belakang bawah, sampai posisi berakhir. Perputaran harus dimulai dari panggul kemudian bahu yang lurus dengan target, ini menghasilkan sedikit ketegangan hanya pada rusuk bagian bawah, dan meningkatkan keseimbangan (stability). Tulang dada (sternum) harus ditekan masuk untuk lebih memberikan ruang dan otot perut harus ditahan selama menembak untuk meningkatkan keseimbangan yang lebih baik.
Sebaiknya pada posisi set-up badan sedikit condong ke depan kearah terget, untuk mencegah kecenderungan badan condong ke belakang pada saat menarik tali busur. Posisi set-up ini akan memberikan susunan secara biomekanik sangat baik. Banyak pemanah yang mengetahui hukum Inertia, tetapi salah dalam menerapkannya yaitu pada fase drawing, sehingga untuk menembakan 1 sampai 2 anak panah terlalu lama. Hukum Inertiahanya diterapkan dari posisi holding. Scapule bergerak mendekat tulang belakang yang menyebabkan dada membuka dan tidak berlebihan, ini penting supaya anak panah terjadi klik. Untuk lebih jelas di mana hukum Inertia diterapkan,perhatikan Diagram 1.1
Diagram 1.1Penerapan Hukum Inertia pada Tahapan Memanah
2. Holding
Holding merupakan tahapan yang fundamental untuk terciptanya konsistensi. Jika pemanah menembak dengan gerak eksternal secara kontinu, pemanah tidak akan mencapai fase holding maka konsistensi juga tidak akan tercapai. Skor terjadi fluktuasi dan akan menjadi hambatan dalam mencapai tembakan pada skor tertinggi. Holding sangat krusial dan esensial, bagaikan ”barrel of the gun”. Jika holding dilakukan tidak tepat diibaratkan sebagai “barrel of the gun” terlalu pendek atau tidak ada dan konsekuensinya konsistensi yang dicapai kurang baik. Oleh karena itu, metoda mengajar yang diterapkan selama ini adalah gerak eksternal yang secara kontinu salah.
Ketika menarik tali sampai ke anchor point, salah satu yang harus digunakan adalah lengan atas dan otot tangan. Tali. tidak bisa ditarik ke belakang hanya dengan otot scapulae. Alat EMG (Electromyogram) menunjukkan tidak ada rileksasi pada otot digitorum, yang mengontrol jari-jari tangan. Oleh karena itu, terdapat ketegangan pada otot ini sehingga butuh adanya transfer ke otot yang paling besar.
Transfer/loading ini secara normal kira-kira dilakukan 1.5 detik. Jadi hanya pada posisi holding hukum Inertia diberlakukan. Ini bisa dibandingkan dengan roller yang berat yang digunakan dilapangan tennis tanah liat. Hal ini tidak banyak bergerak karena banyak Inertia tetapi satu kali bergerak. Ini bisa ditarik dengan satu jari. Sama dengan fase ekspansi, jika ekspansi dihentikan jumlah energi sangat bersar dan power otot akan dibutuhkan. Ini tidak hanya melelahkan, tetapi akan mencegah tembakan yang halus dan kuat.
Selanjutnya, permulaan aiming (membidik) hanya pada posisi holding. Jika aiming dilakukan terlalu awal, perhatian akan tertuju pada aiming dan memelihara penglihatan pada string allignment. Oleh karena itu, cepat masuk ke transfer/loading dan fase holding.
B. Hukum Newton’s (II) (acceleration)
Percepatan (acceleration) adalah perubahan dari kecepatan dalam kesatuan waktu tertentu. Hukum percepatan disebut juga hukum Newton’s II, bunyinya sebagai berikut: ”Percepatan yang diterima oleh sebuah benda/badan berbanding lurus dengan kekuatan yang menyebabkannya”. Percepatan berbanding lurus dengan kekuatan, maksudnya makin besar percepatan makin besar pula kekuatannya; makin kecil percepatan makin kecil pula kekuatannya. Hukum acceleration akan menerapkan momen dari memulai menarik. Dengan demikian, lebih baik menarik yang cepat dan dalam garis lurus kira-kira 2-3 inch di bawah dagu.
C. Hukum Newton’s III (action and reaction)
Hukum Newton’s III mengatakan bahwa: “Jika sebuah benda mengadakan pengaruh (gaya) pada sebuah benda lain maka benda yang lain itupun sebaliknya mengadakan pengaruh juga kepada benda pertama tadi. Kedua pengaruh sama besar, berlawanan arah, dan bekerja pada satu garis lurus”.
Berdasarkan pengertian di atas, sangat penting untuk melakukan stance dengan menggunakan prinsip tersebut untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik. Ketika bertanya pada pemanah otot apa yang digunakan untuk menembak? Pemanah akan menjawab sangat bervariasi. Diantaranya ia menjawab: “Saya mendorong dengan tangan kiri saya”, “Saya mendorong dengan tangan kanan saya”, “Saya menekan dengan sikut”, “Saya mendorong dengan grip (pegangan)”. Pada dasarnya mereka menjawab dengan apa yang pernah mereka rasakan, dengan mengabaikan keseimbangan 50/50.
Selama ekspansi, pemanah dapat merasakan dorongan yang lebih dari lengan penahan busur atau pada tangan lainnya. Pemanah dapat merasakan tarikan menyamping lebih dominan. Perasaan tersebut betul, sepanjang keseimbangan itu dipertahankan diantara kedua samping (lengan penahan busur dan lengan penarik), hal ini berlaku hukum Newton’s III (third law of motion).
Tangan kanan samping umumnya lebih dominan menyamping untuk pemanah tangan kanan. Pemanah yang menyamping tersebut, cenderung menyebabkan merubahan titik berat badan konsekwensinya hilang keseimbangan (stabilitas). Ketika sikap dominan pada tangan kanan menyamping (right hand side) dalam benaknya, ia dapat mengatakan tangan kiri samping secara proporsional lemah. Menerima bahwa tangan kiri lemah, pemanah butuh latihan untuk mempertahankan posisi selama ekspansi. Dalam hal ini pemanah dapat mengangkat busur menyamping dan menarik tali menyamping. Bagaimanapun keseimbangan harus 50/50 antara depan dan bagian belakang dan harus dipertahankan setiap waktu.
Untuk koordinasi yang lebih baik, disarankan yang dominan mata kiri, menembak tangan kanan dan sebaliknya untuk pemanah tangan kiri dominan mata kanan. FITA dalam coaching manual mengatakan: Selama ini, hasil terbaik yang pernah dicapai menggunakan kriteria lain. Tangan memberikan kemudahan, control, dan kekuatan”.
D. Gaya Horizontal dan Vertical
Sebelum kita memeriksa bagaimana prinsip ini diterapkan dalam panahan, mari kita periksa olahraga lain untuk memberikan ide yang bagus pada prinsip ini. Misalnya, pemain bola basket, untuk mampu menghasilkan jarak horizontal maksimum untuk menembak, tentunya gaya vertikal harus dihasilkan. Menurut Miller, Bartlett (Kisik Lee, 2007) dalam Journal of Sport Science, kira-kira 81 % kecepatan dihasilkan oleh tubuh bagian atas (the upper body) dan 19 % dari ektensi lutut, panggul dan ankle. Meskipun hanya 19 % kecepatan bola dihasilkan dari penggunaan kedua tungkai, maka kekurangannya dibutuhkan dari otot lengan untuk melakukan tembakan. Selain itu, atlet top tolak peluru, menggabungkan dua gerakan yaitu gerak putaran dengan gaya vertikal yang kuat, yang dihasilkan dari kecepatan fleksi tungkai untuk menghasilkan power maksimum. Gabungan gaya vertikal dengan gaya horizontal yang dihasilkan oleh atlet tersebut, sangat memungkinkan untuk meningkatkan sudut lepas (angle of release) yang menutup ke sudut yang optimum.
Diagram 1.2 (Horizontzl Force)
Ilustrasi gaya vertikal dan horizontal dalam basket dan tolak peluru menandakan bahwa alam setiap cabang olahraga gaya tersebut dibutuhkan. Dalam setiap olahraga embutuhkan keseimbangan, begitupun dalam panahan menuntut adanya keseimbangan statis yang harus dipertahankan selama menembak. Keseimbangan yang baik dalam panahan dan sesuai dengan biomekanik, dapat melakukan teknik yang baik dan sedikit upaya dari otot yang terlibat dalam gerakan tersebut. Posisi tubuh yang tepat akan menghasilkan sedikit ketegangan pada tubuh, sehingga sikap holding dan aiming dapat dicapai dalam menembak. Pendistribusian berat badan merupakan komponen sangat penting pada pendistribusian gaya vertikal dan horizontal. Karena banyak pemanah barat berdiri yang lebih tekanan pada tumit sehingga tidak bisa mencapai stabilitas yang optimum.
Hubungan langsung dan secara proporsional antara gaya vertical dan horizontal dalam panahan tidak dapat ditunjukkan dengan menggunakan gaya yang tepat. Bagaimanapun dengan postur yang benar dan seimbang, kita bisa lebih kuat mengembangkan gaya yang lebih bermanfaat, sehingga bisa mencapai stabilitas yan lebih baik. Analisis gaya yang tepat ditunjukkan pada gerak titik berat badan ini sangat baik pada pemanah ditingkat rendah dibandingkan dengan atlet elit. Ini khususnya menjadi fakta pada saat release, atlet elit menunjukkan peningkatan stabilitas selama beberapa detik selama release, sedangkan pada atlet level bawah menunjukkan perbedaan signifikan dalam parameter keseimbangan 4-6 detik sebelum dan setelah release.
E. Prinsip-Prinsip dalam Teknik Dasar Panahan
1. Prinsip Mengontrol Mata
Lihat baseball, pemukul tidak hanya memukul bola tetapi juga mencoba untuk fokus pada jahitan bola. Mereka ingin melihat bola dengan jelas, dan dipertahankan sampai pada fokus yang lebih sempit. Dalam panahan, fokus akhir harus pada target bukan pada visir dan bukan pada panah. Mata harus fokus pada target hingga panah nancap ditarget. Banyak pemanah mencoba melihat panah dan mereka hilang kontrol pada tembakan. Alasan lain mengapa banyak pemanah gagal melakukan bidikan selama kondisi angin. Pertahankan mata tetap fokus pada target hingga panah menancap di target, dengan demikian kita bisa katakan sebagai: ”eye control”.
2. Prinsip Follow Through
Ketika lari 100 meter, sprinter harus mempertahankan larinya sampai 110 meter, jika pelari hanya lari 100 meter sprinter akan memperlambat larinya hingga garis finish. Dalam panahan, pemanah butuh mempertahankan arah (direction) dan ketegangan selama follow through.
F. Kesalahan Teknik Secara Umum
Ketika mengamati beberapa pemanah di klub dan pada turnamen-turnamen lainnya, pada umumnya terdapat beberapa kesalahan sebagai berikut:
a.Sikut penarik terlalu tinggi di atas garis panah, hal ini akan menghambat turunnya tulang scapulae dan menghambat efisiensi penggunaan otot travezius untuk melakukan tarikan.
b.Bahu bagian depan dan belakang umumnya terlalu tinggi, untuk lebih efisien lebih baik menggunakan otot besar bagian belakang (Perhatikan Gambar 1.3).
Gambar: 1.3 (Kesalahan pada Sikut dan Bahu)
c.Jari-jari tangan terlalu banyak memegang busur, yang menyebabkan terciptanya puntiran (torque).
d.Dada membusung yang menyebabkan tulang belakang terlihat kosong (hollow back). Posisi ini secara biomekanika salah yang bisa menyebabakan sakit pada bagian pinggang dan punggung.
Kesalahan lainnya yang sering dilakukan pemanah adalah sebagai berikut:
a.Tali busur menyentuh pusat dagu (center of the chin) pada saat anchoring, hal ini akan sulit untuk meluruskan busur ke arah target.
b.Berat badan ditempatkan di tumit, hal ini akan mencegah daya horizontal maksimal yang dihasilkan.
c.Tidak ada posisi set-up dalam siklus menarik (draw cycle), sehingga membutuhkan putaran badan terlalu banyak selama menarik, inilah yang menyebabkan tarikan tidak konsisten.
d.Scapulae pada posisi set-up terlalu tingi, sehingga menghambat untuk menggunakan otot trapezius.
e.Menarik secara kontinu dengan tidak mencapai posisi holding (menahan). ada posisi ini tidak dibolehkan ada ketegangan di tangan dan lengan atas yang ditransfer ke otot bagian belakang (punggung).
f.Bidikan terlalu cepat dan hilang koneksitas dengan otot bagian belakang sehingga menyebabkan tidak fokus.
g.Stance bentuk ”y”, dengan mengabaikan stance ”open”,”close”, atau ”parallel” akan menciptakan ketegangan di tungkai.
h.Sendi lengan bagian dalam pada waktu menarik diputar terlalu ke atas depan, menyebabkan hubungan sendi bahu menjadi lemah. Follow through kurang cukup yang menyebabkan “dead” release.
G. Teknik yang Disarankan
a.Open stance dengan kaki belakang sedikit menutup ke garis tembak (the shooting line) tetapi bukan open. Kaki depan kira-kira 30-40 derajat, tungkai selebar bahu, ketegangan ditempatkan di lutut bagian depan dan tungkai bagian atas.
b.Badan sedikit condong ke depan untuk menciptakan pembagian tekanan 60-70% pada bola kaki dan 40-30% pada tumit, sehingga daya vertikal dan horizontal maksimal dapat dihasilkan.
c.Panggul terbuka atau menghadap target dengan tubuh bagian atas diputar dari panggul kemudian ke bahu supaya ketegangan yang dihasilkan di tulang rusuk bagian bawah sedikit, hal ini untuk menciptakan stabilitas yang baik.
d.Pastikan bahwa kedua bahu tetap dalam posisi yang natural seperti pada posisi memulai set-up.
e.Lengan penahan busur (bow arm) diputar ke dalam, jadi sendi lengan atas dan bawah mendekati vertical untuk membentuk kekuatan menurut prinsip biomekanika.
f.Dada masuk dengan cara mendorong tulang sternum ke bawah menuju pusar (navel), sehingga menciptakan stronger power-zone.
g.Panggul ke depan segaris dengan tubuh, pantat (buttock) masuk untuk mencegah bagian belakang atau punggung kosong (hollow back).
h.Pastikan bahwa bagian belakang scapulae tetap turun dan sikut lengan penarik segaris dengan panah jika memungkinkan. Scapulae bagian depan dari tali masuk dan kemungkinan menutup. Tali tidak menyentuh/mencambuk lengan penahan busur.
Kesimpulan dan Kesimpulan
A. Kesimpulan
Analisis biomekanik sangat penting untuk terciptanya gerakan yang efisien, terutama dalam melakukan teknik memanah. Poros gerak (axis) dalam panahan sangat menentukan. Keajegan keajegan dan konsistensi dalam gerak memanah. Poros gerak yang tepat dalam panahan adalah poros gerak I dan II. Poros I (sikap bahu dan sikap lengan penahan busur satu garis lurus). Poros II (sikap bahu dan sikap lengan penarik busur satu garis lurus). Selain poros gerak, hukum yang tepat diterapkan dalam menganalisis teknik panahan adalah hukum Newton I, II, dan III. Hukum Newton I diterapkan pada fase holding, Newton II diterapkan ketika adanya momen pada saat mulai menarik, sedangkan Hukum Newton III diterapkan pada saat melakukan tarikan penuh, hukum ini berlaku pada lengan penahan busur dan lengan penarik.
B. Saran
1. Bagi pelatih diharapkan mampu menguasai biomekanika agar:
a. Para atlet yang ibimbingnya dapat prestasi yang memuaskan.
b. Para atlet yang dibina terhindar dari cidera yang dapat menjadikan kegagalan dalam karier para atlet.
2. Yang dapat kami sarankan untuk para pembaca adalah bahwa dalam memdalami atau bila kita akan melakukan gerakan panahan selain memperhatikan kesiapan fisik juga harus memperhitungkan prinsip-prinsip biomekanika yang terjadi dalam gerakan tersebut.
Refrensi
http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/F%20%20FPOK/JUR.%20PEND.%20KEPELATIHAN/197204031999031%20%20KOMARUDIN/MATAKULIAH%20PANAHAN/&file=Analisis%20Penampilan%20Teknik.pdf
http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/F%20%20FPOK/JUR.%20PEND.%20KEPELATIHAN/197204031999031%20%20KOMARUDIN/MATAKULIAH%20PANAHAN/&file=Biomekanika.pdf
http://tegartia.wordpress.com/2009/11/22/kumpulan-tugas-tugas-biomekanika-olahraga-tugas-1-13/
No comments:
Post a Comment