BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan
gerak merupakan suatu bentuk gangguan yang dapat mempengaruhi seseorang
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kelainan gerak akan segera mudah
diketahui karena menyangkut adanya perubahan bentuk tubuh dari
penyandangnya. Banyaknya penyakit yang melatarbelakangi sebab-sebab
kelainan gerak dapat menyulitkan dalam mengetahui jenis kelainan gerak
serta tingkat berat ringannya gangguan yang dialami oleh masing-masing
penyandangnya. Dalam makalah kali ini akan dibatasi pada pembahasan
tentang Poliomielitis, dengan pembatasan ini diharapkan dapat
mempermudah dalam memahami penyakit Poliomielitis. Pembatasan penyakit
Poliomielitis akan meliputi hal-hal sebagai berikut: pengertian,
etiologi (sebab-sebab), protogenesa, gejala-gejala, kelainan fungsi,
komplikasi, prognosis, dan prinsip penanganan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Poliomielitis
atau polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh
virus yang dinamakan poliovirus (PV), virus ini masuk ke dalam tubuh
melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran
darah dan mengalir ke sistem saraf pusat, yang dapat menyebabkan
melemahnya otot, kelumpuhan, bahkan kematian. Penyakit poliomielitis
sesungguhnya bukan penyakit pertama pada otot-otot, tetapi penyakit yang
menyerang mielium. Terutama sel-sel penggerak yang terdapat pada bagian
muka mielium tadi. Oleh karena itu kelainan yang timbul berkisar pada
otot dengan bentuk kelumpuhan yang bersifat layuh (flaksid paralise).
Penyakit ini pada umumnya tidak mengganggu kecerdasan ataupun ala-alat
indera.
Poliomielitis
ditemukan oleh Heine Medin pada tahun 1840. Pada awalnya poliomielitis
lebih banyak ditemukan pada usia 5 tahun, tetapi jarang ditemukan pada
anak usia 6 bulan. Hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan antara
lain anak telah mendapatkan kekebalan (imunitas) pasif yang diperoleh
ibunya melalui plasenta dan adanya infeksi yang ditimbulkan dari
kesehatan lingkungan yang buruk.
B.Etiologi (Penyebab)
Telah
dijelaskan di atas bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus polio. Ada
tiga tipe virus, yang pertama strain 1 (brunhilde), strain 2 (lanzig),
dan strain 3 (leon). Strain 1 (brunhilde) paling ganas, dan sering
menyebabkan wabah. Sedangkan strain 2 (lanzig) yang paling jinak.
Penyakit ini menular melalui kontak antar manusia. Kontak dapat melalui
penularan dari feses orang terinfeksi yang mengkontaminasi makanan dan
minuman, untuk kemudian masuk ke dalam mulut calon penderita. Setelah
seseorang terkena infeksi polio, virus akan keluar bersama feses selama
beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus.
Selain
virus polio yang dapat menimbulkan kelumpuhan yang menyerupai
poliomielitis adalah virus echo dan coxsackie. Penyebaran penyakit yang
bersifat masal dan banyak menyerang orang karena sifatnya yang akut
biasanya penyebabnya adalah virus tipe leon. Sedangkan tipe-tipe yang
lain seperti tipe lanzig paling jarang menimbulkan kelumpuhan.
C.Patogenesa
Virus
polio menyebar melalui saluran pencernaan, dimulai dari mulut,
tenggorokan, dan saluran pencernaan bagian bawah. Di tempat tersebut
virus akan menimbulkan infeksi, dalam satu hari infeksi akan menyebar ke
kelenjar getah bening, tonsil, usus halus, dan juga ke kelenjar
mesentrium yang terdapat dalam usus. Hari ketiga virus berada dalam
darah, kemudian terjadi penyebaran ke tempat lain sebagai infeksi
sekunder. Pada infeksi sekunder terjadi multiplikasi virus bersamaan
dengan gejala-gejala klinis.
Selain
cara tersebut, virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui suntikan.
Melalui suntikan tersebut virus masuk saraf dan menyebabkan kelumpuhan,
cara lain lagi melalui operasi tonsil (tonsilektomi).
Dengan
masuknya virus polio ke dalam tubuh dan adanya perkembangan biak virus
pada tonsil dan usus sehingga berakibat terjadinya kerusakan pada sel
saraf (mielium), maka tubuh akan menunjukan reaksi-reaksi yang dapat
merupakan gejala-gejala sebagai petunjuk diagnose polio.
D.Gejala-gejala
Kelmpuhan
secara umum berbentuk flaksid paralise merupakan manifestasi yang
paling nyata menunjukkan adanya kerusakan sel saraf. Rasa sakit atau
nyeri, spastisitas, hipertonus stadium dini diakibatkan oleh gangguan
pada batang otak, ganglia spinalis, dan cornu posterior medulla
spinalis.
Gejala-gejala yang timbul dapat dikelompokan, antara lain sebagai berikut:
a.Silent infection
Pada
tahap ini anak terserang penyakit poliomielitis sama sekali tidak
menunjukkan gejala apa-apa dan hanya dapat diketahui bila melakukan
pemeriksaan laboratorium.
b.Abortive poliomielitis
Pada
tahap ini sudah ada gejala tetapi belum begitu jelas. Baru dicurigai,
jika orang yang baru tersebut baru kontak dengan penderita
poliomielitis. Gejala bias berupa panas, lemas, tidak ada nafsu makan,
muntah-muntah, sakit kepala, nyeri menelan, batuk, pilek.
c.Non paralitik poliomielitis
Gejala-gejalanya
hampir sama dengan abortive poliomielitis tetapi lebih hebat lagi,
seperti nyeri kepala, muntah-muntah, disertai dengan nyeri dan kekakuan
pada otot-otot leher bagian belakang, badan dan anggota gerak tubuh
mengalami hipertonus.
d.Paralitik poliomielitis
Gejala
mula-mula seperti non paralitik poliomielitis, lalu disusul dengan
periode tanpa gejala tampak seperti penyakit. Kelumpuhan juga dapat
terjadi pada kandung kencing selama 1-34 hari dan hilangnya kekuatan
ketegangan otot usus, kadang-kadang menjadi penyakit usus berbelit.
E. Kelainan fungsi akibat poliomielitis
Kelainan
fungsi akibat poliomielitis adalah adanya hambatan pada seseorang yang
menyandang penyakit poliomielitis dikarenakan adanya kelumpuhan dan
sifatnya menetap. Akibat kelumpuhan bisa menimbulkan hambatan tidak saja
dari segi penampilan tetapi juga terhadap kegitan hidup sehari-hari.
Kelainan fungsi yang timbul diantaranya adalah:
a.Kelainan fungsi komunikasi
Kelainan
fungsi komunikasi akan terjadi apabila terjadi hambatan pada saluran
pernafasan, tetapi hal ini jarang terjadi pada anak polio.
b.Kelainan fungsi memelihara diri sendiri
Kelainan
fungsi ini timbul jika ada kelainan pada anggiota gerak atas atau
kelumpuhan pada otot badan. Kelainan ini menyebabkan kesulitan memegang,
dan kesulitan berpindah tempat.
c.Kelainan fungsi mobilisasi
Kelainan
ini akan timbul apabila anggota gerak bawah mengalami kelumpuhan.
Kelainan fungsi mobilisasi bisa terjadi sejak anak berguling, merangkak,
duduk, berdiri, sampai berjalan.
d.Keleainan fungsi sosial psikologis
Anak akan merasa rendah diri sehingga mengakibatkan terhambatnya penyesuaian sosial.
e.Kebutuhan fungsi mental
Kelainan
fungsi mental pada anak polio timbul jika anak mengalami gangguan
sosial psikologis. Anak polio umumnya mampu mengikuti pendidikan pada
sekolah biasa.
F.Komplikasi
Ada beberapa kemungkinan komplikasi dan akibat penyakit poliomielitis antara lain:
a.Kontraktur sendi
Yang sering terkena kontraktur antara lain sendi paha, lutut, dan pergelangan kaki.
b.Pemendekan anggota gerak bawah
Biasanya
akan tampak salah satu tungkai lebih pendek dibandingkan tungkai yang
lainnya, disebabkan karena tungkai yang pendek mengalami antropi otot.
c.Skoliosis
Tulang
belakang melengkung ke salah satu sisi, disebabkan kelumpuhan sebagian
otot punggung dan juga kebiasaan duduk atau berdiri yang salah.
d.Kelainan telapak kaki
Kelainan telapak kaki dapat berupa kaki membengkok ke luar atau ke dalam.
e.Dislokasi
Yaitu sendi terkilir, dapat terjadi pada sendi lutut, panggul, dan pergelangan kaki.
G.Prognosis
Beberapa kemungkinan yang terjadi pada anak yang terserang poliomielitis diantaranya:
a.Kematian
Hanya ditemukan 4% pada kasus poliomielitis. Yang banyak menimbulkan kematian adalah tipe brunhilde.
b.Kelumpuhan
Pada
bentuk spinal dengan kelumpuhan penyembuhan secara sempurna hanya
terjadi sekitar 20% kasus dan 50% menunjukkan gejala sisa.
Kemungkinan
yang terjadi setelah penyakit poliomielitis sembuh, yaitu yang
berhubungan dengan kelainan fungsi adalah bila dalam 6 bulan belum ada
perbaikan secara menyeluruh maka pemulihan fungsi di tangguhkan sampai
2-3 tahun.
H.Prinsip penanganan
Ada dua macam penanganan poliomielitis, yaitu:
a.Penanganan pada saat seseorang masih menderita penyakit poliomielitis.
b.Penanganan pada saat seseorang telah sembuh dari penyakit poliomielitis.
Penanganan
yang diberikan disesuaikan dengan gejala-gejala yang muncul, seperti
silent infection cukup dengan istirahat, tahap abortive polio dengan
istirahat dan pemeriksaan untuk mengetahui kemungkinan kelainan
muskuloskeletal (system gerak tubuh), tahap non paralitik dengan
istirahat total sedikitnya dua minggu dan dengan observasi lebih teliti
karena setiap saat dapat terjadi kelumpuhan pernafasan.
Untuk
penanganan tahap akut berdasarkan pada gejala yang timbul, misalnya
rasa nyeri otot diberi obat penghilang sakit atau di beri pembalut
hangat. Setelah tahap akut berlalu tindakan ditujukkan untuk mengatasi
akibat sekunder berupa kelainan fungsi. Penanganannya dengan mencegah
komplikasi antropi ataupun kontraktur yang mungkin timbul diantaranya
melalui latihan gerak sendi atau meletakkan anggota tubuh pada posisi
yang sesuai.
BAB III
KESIMPULAN
Poliomielitis
atau polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh
virus yang dinamakan poliovirus (PV). Penyebab polio adalah virus, ada
tiga tipe virus polio yaitu:
a.Strain 1 (Brunhilde)
b.Strain 2 (Lanzig)
c.Strain 3 (Leon)
Virus
polio menyebar melalui saluran pencernaan, dimulai dari mulut,
tenggorokan, dan saluran bagian pencernaan bagian bawah. Gejala-gejala
polio yang timbul dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.Silent infection
b.Abortive poliomielitis
c.Non paralisis poliomielitis
d.Paralitik poliomielitis
Kelainan fungsi yang biasa di alami oleh penderita poliomielitis antara lain:
a.Kelainan fungsi komunikasi
b.Kelainan fungsi memelihara diri
c.Kelainan fungsi mobilisasi
d.Kelainan fungsi sosial psikologis
e.Kelainan fungsi mental.
Ada beberapa kemungkinan komplikasi dan akibat penyakit poliomielitis yaitu:
a.Kontraktur sendi
b.Pemendekan anggota gerak bawah
c.Skoliosis
d.Kelainan telapak kaki
e.Dislokasi
No comments:
Post a Comment