Wednesday, 2 October 2013

ilmu tasawwuf (ma'rifat)

                             ilmu tasawwuf (ma'rifat)


 Diposkan oleh Ahmad Sholihin

                                                                          BAB I
                                                                 PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah yang menguasai keagungan kerajaan-Nya, Memanunggali keelokan, kahalusan, ke Maha Kuasaan serta kekuasaan-Nya, Mendikdayani dengan keluhuran kesaan-Nya dan mengqudusi dengan ketinggian fungsi sebagai pusat penghambaan. Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah, Dzat yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya.
Suatu kesaksian seorang hamba yang telah yakin dengan keEsaan-Nya dan juga orang yang meminta pelindungan dengan kebagusan perlindungan Allah, dan kami bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba Allah yang telah terpilih, terpercaya, yang terkasih dan juga seorang rosul yang terutus untuk semua makhluk Allah.
Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan salam kepada beliau, keluarga juga para sahabatnya yang meneruskan perjungannya demi tegaknya agama islam. Manusia akan mampu melihat Allah yaitu dengan pandangan mata hati, adalah apabila manusia tersebut telah dibukakan pintu ma’rifatnya oleh Allah, Ma’rifat merupakan ilmu untuk mengenal Allah.
Dalam dunia tasawuf, ma’rifat merupakan suatu hal yang sangat penting, ma’rifat merupakan perjalanan rohani yang didambakan setiap sufi, namun tidak semua sufi mampu mencapainya. Kaum sufi bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melihat Tuhan melalui mata batin.
Semoga Allah memberi manfaat kepada kita semua dengan perantara makalah yang kami susun, serta memohon ampunan dari amal dan perbuatan yang dimurkai-Nya, dengan memohon hidayah dan taufiq-Nya.


BAB II
MA’RIFAT

A. Pengertian Ma’rifat
Firman Allah dalam Surat Al-Anam 91 yang artinya sebagaimana berikut : Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya”. (Al-Anam :91). Dalam sebuah tafsir dijelaskan bahwa ayat tersebut bermakna “Mereka tidak mengenal Allah (Ma’rifat) sebagaimana seharusnya Dia kenal”.[1]
Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Nabi Muhammad bersabda, “ pondasi sebuah rumah adalah dasarnya. Pondasi agama adalah pengenalan kepada Allah, yaqin, dan akal yang teguh”. Aisyah lalu bertanya, “Demi Ayah dan Ibuku, menjadi tebusanmu, apakah akal yang teguh itu ?”. beliau menjawab, “menjaga dari maksiat terhadap Allah dan bersemangat dalam mentaati Allah.[2]
Sebenarnya sangat banyak pemaknaan tentang ma’rifat, sesuai dengan masing-masing pelaku ma’rifat dn pengalamannya. Beberapa definisi ma’rifat antara lain :
· Bahwa ma’rifat adalah sifat orang-orang yang mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT.
· Menurut Imam Al-Gazali, ma’rifat merupakan ilmu pengetahuan yang tidak bercampur dengan keraguan, yang objek pengetahuannya tadi adalah dzat Allah SWT. Dan sifat-sifat-Nya.
· Menurut Abu Zakariyah, ma’rifat adalah ilmu pengetahuan yang telah sampai ke tingkat keyakinan yang mutlak dalam meng-Esa-kan Allah SWT.[3]
Demikian beberapa definisi ma’rifat menurut para ahli, sedangkan ma’rifat ditinjau dari bahasa, para ulama’ mengartikan ma’rifat adalah ilmu, semua ilmu tentang Allah SWT. disebut ma’rifat. dan semua ma’rifat adalah ilmu, dan semua orang yang mempunyai ilmu tentang Allah berarti orang yang ‘arif. Dan setiap orang yang’arif adalah alim. Tetapi dikalangan sufi, ma’rifat adalah sifat dari orang yang mengenal Allah SWT. melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya dan berlaku tulus kepada-Nya.[4]
B. Tingkatan-tingkatan Ma’rifat

Adapun tingkatan mengenai Ma’rifat dalam Tasawuf, Dzunnun al-Misri mengklasifikasikannya kedalam tiga tingkatan yaitu : Ma’rifah awam, Ma’rifat ulama dan Ma’rifah sufi.

1. Pertama, Ma’rifat orang Awam, yaitu mengetahui Tuhan dengan perantaraan ucapan Syahadat. Ucapan syahadat dapat juga disebut Syahadatain (dua kalimat Syahadat), kesaksian atau pengakuan, yang dalam hal ini adalah :
a) Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah; ini disebut Syahadat tauhid.
b) Bersaksi bahwa Nabi Mauhammad adalah untusan Allah kepada sekalian manusia; ini disebut Syahadat Rasul.

Pengucapan dua kalimat Syahadat ini merupakan syarat utama untuk memasuki agama Islam dan merupakan kesaksian yang pundamental (mendasar) bagi umat muslim pada khususnnya, Sebab dengan pengikraran itu, ia telah menyatakan dengan tegas untuk tidak menyembah apapun kecuali Allah semata. al-Ghazali berpenadapat Meyakini bahwa “Tiada Tuhan selain Allah” merupakan i’tikad yang harus ditanamkan dalam jiwa, dan tidak mengikuti ajaran siapapun kecuali yang datangnya dari Muhammad SAW. Seseorang yang telah mengucapakan dua kalimat syahadat itu, berarti ia telah melakukan sumpah setia dihadapan Allah, bahwa hanya Dia sajalah yang disembahnya, dan bahwa Nabi Muhammad sajalah yang menjadi panutan hidupnya.

2. Kedua, Ma’rifat Ulama, yaitu mengetahui Tuhan dengan logika atau akal. Dalam tingkatan kedua ini dapat disebut Ma’rifat para teologi (mutakalimiin), seperti Mu’tazilah, Asy-Ariyah, Qodariyah, Syi’ah, Khawarij, Murji’ah. Dimana para teolog tersebut mengenal Tuhan lewat logika atau akal, baik dalam bidang Islam yang tekstual maupun kontekstual.

3. Ketiga, Ma’rifat Sufi, yaitu mengetahui Tuhan dengan perantaraan hati sanubari.

C. Ma’rifatullah

Mengenal Allah SWT. dengan penglihatan mata hati, tidak dengan penglihatan mata kepala. Allah SWT. telah member fitrah kepada manusia sejak ia masih dalam kandungan ibuya. Allah telah menuntut kepada manusia agar mengenal denga fitrah tersebut, karena hanya Allah yang telah melindungi dan menciptakan diri manusia.
Akan tetapi, kalau tidak mendapat anugrah dari Allah, niscaya manusia tidak akan mengenal Allah secara hakiki, meskipun manusia itu telah diberikan oleh Allah berupa fitrah.
Manusia jika telah dibukakan pintu ma’rifatullah, maka sesungguhnya dengan kema’rifatan itu jangan sampai manusia menghiraukan amalannya yang sedikit. Sebab Allah SWT. tidak akan membukakan jalan kema’rifatan baginya kecuali hanya Allah yang menghendaki pengenalan kepadanya.
Selanjutnya dari literatur yang diberikan tentang ma’rifat, ma’rifat berarti mengetahui tuhan dari dekat, sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan. Oleh karena itu orang-orang sufi mengatakan sebagaimana berikut :

1. Kalau mata yang terdapat dalam hati sanubari manusia terbuka, mata kepalanya akan tertutup, dan ketika itu yang dilihatnya hanya Allah SWT.
2. Ma’rifat adalah cermin, kalau seorang sufi melihat ke cermin itu yang akan dilihatnya adalah Allah SWT.
3. Yang dilihat orang ‘arif baik sewaktu tidur maupun sewaktu bangun hanya Allah SWT.
4. Sekiranya ma’rifat mengambil bentuk materi, semua orang yang melihat padanya akan mati karena tak tahan melihat.
Ada beberapa tanda-tanda untuk mengenal seorang gnostik. Seorang gnostik selalu mengharapkan pertolongan dan akrab dengan Allah semata. Dia membuka kelopak mata dan pintu hatinya untuk Allah semata. Jika beralih mencintai atau menginginkan sesuatu selain Allah itu adalah penderitaan yang besar baginya. Orang yang belum mampu meraih ma’rifat sejati tidak akan dapat membedakan anatar kekasih dan yang lainnya, dan orang yang belum akrab dengan kekasih maka tidak akan mengetahui siksaan dan pedihnya perpisahan.
D. Pentingnya Ma’rifat

Dalam hal ini para Ulama’ sangat berhati-hati untuk mengajarkan ilmu ma’rifat kepada para peminatnya, karena hal ini berdasarkan kadar akalnya dan juga harus pada ahlinya. Tentang tafsiran “ahlinya” inilah yang telah menimbulkan ketatnya penyebaran ilmu tersebut. Sebab prinsip “ahlinya” ini telah diartikan harus memahami sifat 20 secara terperinci, melaksanakan dan mempelajari syari’at secara tekun dan mendalam.

Mereka telah menjadi khawatir jika akhirnya nanti terjadi ketidak perdulian pada syarak kalau saja akan terjadi sikap batin. Maka tidaklah mengherankan jika dimana-mana banyak ajaran-ajaran kebatinan yang baru-baru yang secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, hanya dikarenakan dilema yang telah timbul dengan upaya mendiskriminasikan ajaran ma’rifat disalah satu pihak, sedangkan umat telah merasakan kehausan untuk mencari ajaran kepuasan hati pada pihak lainnya.

Harapan kita adalah, dalam rangka pembangunan mental spiritual dewasa ini, dimana ilmu ma’rifat telah memberikan suatu andil yang sangat besar untuk memperkuat semangat perjuangan bangsa, maka perlu terwujudnya suatu wawasan pengetahuan agama islam yang lebih luas dengan disertai penelitian-penelitian sejarah.

Sebagai acauan bagi umat, terutama untuk mereka yang sedang mencari kepuasan batin, maka Syekh Muhammad Amin Al-Kurdhi telah menganjurkan supaya memperluas dengan sungguh-sungguh suatu ajaran ma’rifat kepada Allah SWT.[5]
E. Komentar-Komentar Tentang Ma’rifat
Terdapat perbedaan komentar tentang ma’rifat yang benar tentang Allah. Pandangan yang ada misalnya adalah munculnya oleh golongan Mu’tazilah yang mengatakan ma’rifat bersifat intelektual dan hanya orang yang berakal yang dapat menemuinya.
Ada juga yang mengatakan dengan pembuktian istidlal. Disamping itu juga ada yang mengatakan akal dapat melihat bukti-bukti adalah sarana bukan sebab langsung. Satu-satunya sebab adalah kehendak dan inayah Allah dan juga ma’rifat didapatkan melalui inspirasi atau ilham. Disamping hal itu di kalangan sufi terdapat juga perbedaan pendapat. Sebagian sufi mengatakan bahwa ma’rifat ada dua macam, yakni ma’rifat kebenaran dan ma’rifat hakikat. Pertama, merupakan pengetahuan ke-Esa-an Tuhan atau sifat-Nya sedangkan yang ke-2 merupakan ma’rifat yang tidak dapat dicapai dengan alat apapun. Disebabkan oleh sifat Tuhan yang tidak dapat ditembus dan tahqiq ketuhanan-Nya mustahil dipahami.
Sedangkan menurut Sufi lain, ma’rifat merupakan panggilan hati lewat berbagai tafakur untuk menghayati ektase-ektase yang ditimbulkan oleh kegiatan dzikir, sesuai dengan tanda-tanda pengungkapan yang berurutan. Adapun Al-Junaid mengatakan, beradanya hati diantara pernyataan kebesaran Tuhan yang tidak bias dipahami dn pernyataan kehebatan-Nya tidak dapat dirasakan.
Al-Bistami berkomentar bahwa sumber ma’rifat tidak lain adalah Allah sendiri, ma’rifat merupakan campuran yang paling puncak, dari keseluruhan amalan zuhud yang telah di jalankannya. Sebagaimana diceritakan oleh beliau, ada empat proses kezuhudan yang dilakukan. Pertama, zuhud dari dunia dan segala isinya; kedua, zuhud dari akhirat dan segala yang ada di dalamnya; ketiga, zuhud dari segala hal, kecuali Allah; keempat, tidak tersisi sedikitpun selain Allah SWT. saat itulah beliau benar-benar telah mencapi ma’rifat.


BAB III
PENUTUP
· Kesimpulan
Ma’rifat merupakan sebuah ilmu untuk mengenal Tuhan, hal itu dapat dilihat dari beberapa definisi tentang ma’rifat yang telah diungkapkan para sufi, namun ada perbadaan dalam pemberian makna ma’rifat yaitu sesuai dengan pengalaman-pengalaman pribadi masing-masing sufi.
Dalam ma’rifat juga ada tingkatan-tingkatan, yang mana tiap tingkatan tersebut mempunyai tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang berbeda tentang Allah.
Ada beberapa pernyataan tentang hubungan ma’rifat dan mahabbah, ada yang mengatakan bahwa ma’rifat itu datang sebelum mahabbah dan pendapat lainnya mengatakan bahwa ma’rifat merupakan buah dari mahabbah.
Namun ada pula yang menyebutkan bahwa sesungguhnya mahabbah dan ma’rifat adalah sama atau kembar dua yang selalu disebut secara bersamaan yang merupakan gambaran tentang dekatnya hubungan sufi dengan Tuhan. Namun ada perbedaan antara keduanya, mahabbah nerupakan hubungan yang erat yang berupa bentuk cinta, dan ma’rifat menggambarkan hubungan rapat dalam bentuk pengetahuan dalam hati sanubari (gnosis).






DAFTAR PUSTAKA

Al-Munajjid, Muhammad bin Shalih. 2006. Silsilah Amalan Hati. Bandung : Irsyad Baitus Salam
Nasution, Harun. 1973. Falsafah dan Mistisme dalam Islam. Jakarta : Bulan Bintang
Sukandari, Ibnu ‘Athoillah. t.t. Samudra Ma’rifat. Surabaya : Bintang Usaha Jaya
Santoso, Tri Wibowo Budi. t.t. Kunci Rahasia Sufi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Mahmuda, Prof. dr. Syeikh Abdul Halim. At Tasawuf Fi Al-Islam. Bandung : CV Pustaka Setia


[1] Risalatul Qusyairiyah. Hal 390.
[2] Ibid. 390.
[3] Samudra Ma’rifat. Hal 26.
[4] Risalatul Qusyairiyah. Hal 392.
[5] Samudra Ma’rifat, Ibnu Athoillah Asukandari, (Surabaya : Bintang Usaha Jaya), hal 18

No comments:

Post a Comment