Wednesday, 2 October 2013

psikologi perkembangan

                                                              psikologi perkembangan


 Diposkan oleh Ahmad Sholihin

                                                                            BAB I
                                                                PENDAHULUAN


1. PERKEMBANGAN

A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materiil, melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari pada fungsi-fungsi.
Perubahan sesuatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya suatu proses pertumbuhan materiil yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan disamping itu, disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil belajar. Maka akan salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan adalah semata-mata sebagai perubahan atau proses psikologis.
B. Hukum-Hukum Perkembangan
Perkembangan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan. Pertumbuhan sesuatu materi jasmaniah dapat menumbuhkan fungsi dan bahkan perubahan fungsi pada materi jasmaniah itu. Perubahan fungsi jasmaniah dapat menghasilkan kematangan atas fungsi itu. Kematangan fungsi-fungsi jasmaniah sangat mempengaruhi perubahan pada fungsi-fungsi kejiwaan.
Adapun hukum-hukum dalam perkembangan antara lain seperti yang dikemukakan di bawah ini.
1. Perkembangan adalah kualitatif
Perkembangan tidak mengenai materi, melainkan mengenai fungsi. Telah dikemukakan di atas bahwa perubahan fungsi tidak terjadi secara kuantitatif, melainkan secara kualitatif. Dengan demikian, perkembangan itu adalah kuantitatif. Kualitatif di sini dihubungkan dengan hasil dari perubahan yang tidak dapat dihargai secara kuantitatif.
2. Perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil dari belajar
Dengan belajar, orang memperoleh pengalaman. Belajar merupakan kegiatan yang dinamis karena itu wajarlah bahwa pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang ini akan menentukan tingkat kedewasaan seseorang. Tingkat-tingkat kedewasaan seseorang merupakan indikator penting bagi perkembangan orang itu.
3. Usia Ikut Mempengaruhi Perkembangan
Dengan bertambahnya usia, maka pertumbuhan seseorang langsung terus menuju kepada tingkat kematangan-kematangan tertentu pada fungsi-fungsi jasmaniah.
4. Masing-Masing Individu Mempunyai Tempo Perkembangan Yang Berbeda-Beda
Dalam keadaaan normal, perkembangan seseorang berlangsung dalam tempo tertentu yang tidak mesti sama bila dibandingkan dengan tempo perkembangan orang lain.
5. Dalam Keseluruhan Periode Perkembangan, Setiap Spesies Perkembangan Individu Memiliki Pola Umum Yang Sama
Setiap individu berkembang dengan mengikuti pola umum yang sama, karena masing-masing individu memiliki materiil serta funggs-fungsi yang sama untuk bertumbuh. Perubahan sifat-sifat “genes” terjadi secara kesinambungan dan teratur, meskipun terdapat pengaruh lingkungan yang menyebabkan adanya perbedaan pertumbuhan, namun pola umum perkembangan tetap sama.
6. Perkembangan dipengaruhi Oleh Hereditas dan Lingkungan
Faktor hereditas dan lingkungan sama-sama penting bagi perkembangan individu. Hereditas nenumbuhkan fungsi-fungsu dan kapasitas, sedangkan pendidikan dan lingkungan mengembang fungsi-fungsi dan kapasitas itu. Baik stimuli hereditas, maupun stimuli lingkungan berinteraksi saling mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan.
7. Perkembangan Yang Lambat Dapat Dipercepat
Perkembangan seseorang dikatakan terlambat apabila pribadinya tidak berkembang sesuai dengan pola perkembangan sendiri yang normal. Kelambatan perkembangan ini dapat dipercepat melalui kepemimpinan pengajaran yang didaktis.
8. Perkembangan Meliputi Proses Individual dan Integrasi
Meskipun pola tingkah laku individu pada mulanya bersifat umum, namun dengan majunya pertumbuhan terjadilah perkembangan masing-masing fungsi yang tidak bersamaan.
C. Tahap-Tahap Perkembanga Pribadi Manusia

Perkembangan pribadi manusia meliputi beberapa aspek perkembangan, antara lain perkembangan fisiologis, perkembangan psikologis, perkembangan sosial, dan perkembangan didaktis/pedagogis. Tahap-tahap perkembangan untuk tiap-tiap aspek tersebut tidak sama.
1. Tahap-Tahap Perkembangan Fisiologis
Perkembangan fisiologis seperti telah diuraikan pada pembahasan terdahulu, merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi fisiologis.
2. Tahap-Tahap Perkembangan Psikologis
Perkembangan psikologis pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa dewasa
3. Tahap-Tahap Perkembangan Secara Pedagogis
Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia secara pedagogis dapat dikemukakan di sini menurut dua sudut tujuan, yaitu dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan dari sudut tujuan teknis khusus perlakuan pendidikan.
Mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi dari sudut tinjauan teknis khusus perlakuan pendidikan, secara otomatis dapat kita ambil pentahapan perkembangan psikologis yang baru saja dikemukakan di atas. Di sini kita tinggal membicarakan perlakuan-perlakuan yang diperlukan dalam pendidikan yang sesuai dengan perkembangan tingkat-tingkat anak didik. Berikut ini dikemukakan secara garis besar tentang perlakuan-perlakuan pendidikan menurut tingkat-tingkat perkembangan psikoogis anak didik.
D. Fase dan Ciri Perkembangan

Fase perkembangan manusia tidak terlepas dari proses pertumbuhan manusia itu sendiri akan tetapi fase perkembangan pada diri manusia berbeda dari makhluk-makluk lainnya mempunyai fromi yang khusus. Ia mempunyai fungsi mengikat (fungsi mnemic) dan ia memiliki fungsi realisasi diri (dinamakan entelecbt) yang menyebabkan manusia bisa berkembang ke arah bisa dikehendakinya sendiri (sarwono, 1986 : 8 & 23). Walaupun demikian, Aristoteles (384-322 SM) membagi masa perkembangan selama masa 21 tahun dalam tiga septiniah (tiga periode kali tujuh tahun) yang dibatasi oleh dua gejala alamiah yang penting yaitu : pergantian gigi dan munculnya gejala-gejala pubertas.

Sedangkan perkembangan menurut Charlote Buhler terbagi kepada beberapa bagian sebagai berikut :
1. Fase 0-1 tahun : Masa-masa menghayati obyek-obyek di luar diri sendiri, dan saat melatih fungsi-fungsi terutama melatih fungsi motorik: yaitu fungsi-fungsi yang berkaitan dengan gerakan-gerakan dari badan dan anggota badan.
2. Fase 2-4 tahun : Masa pengenalan dunia obyektif di luar diri sendiri disertai penghayatan subyektif.
3. Fase 5-8 tahun : masuk pada sosialisasi anak. Pada saat ini anak mulai memasuki masyarakat luas (misalnya taman kanak-kanak, pergaulan dengan kawan-kawan sepermaian dan sekolah rendah).
4. Fase 9-11 tahun : masa sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai obyektifitas tertinggi.
5. Fase 14-19 tahun : masa tercapainya sintesa antar sikap ke dalam batin sendiri dengan sikap ke luar kepada dunia obyektif.
Dari beberapa fase perkembangan yang dikemukakan oleh Charlote Buhler di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan bukanlah suatu perkembangan yang terjadi secara berangsur-angsur yang lepas satu sama lain. tetapi rentetan yang tidak putus-putusnya dari pada struktur yang makin sempurna.
2. KONSEP PSIKOLOGIS MANUSIA

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa menjadi subyek dan obyek sekaligus. Menusia berfikir dan merenung, kemudian menjadikan dirinya sebagai obyek fikiran dan renungan.. Manusia sangat menarik di mata manusia itu sendiri. Terkadang manusia dipuja, tetapi di kala yang lain ia dihujat. Secara internal manusia sering merasa bangga dan bahagia menjadi manusia, tetapi di mata orang lain atau di waktu yang lain, ia terkadang menyesali diri sendiri, menyesali keberadaannya sebagai manusia.

Ada manusia yang perilakunya berada di luar batas perikemanusiaan, tetapi ada juga manusia yang begitu tinggi tingkat kemanusiaannya sehingga ia disebut sebagai "manusia suci". Pada umumnya manusia tertarik untuk bertanya tentang dirinya ketika berada dalam puncak-puncak kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keberhasilan dan puncak kegagalan. Ada kesepakatan pandangan, bahwa betapapun manusia terdiri dari jiwa dan raga, tetapi penilaian tentang kualitas manusia terfokus pada jiwanya, terkadang disebut hatinya, karena hakikat manusia adalah jiwanya..

Dalam sejarah keilmuan, lahirnya filsafat, antropologi, psikologi, ekonomi dan politik sesungguhnya juga merupakan upaya mencari jawaban tentang manusia, tetapi khusus tentang jiwa manusia, ia dibahas oleh filsafat, psikologi dan agama.

Psikologi sebagai disiplin ilmu baru lahir pada akhir abad 18 Masehi, tetapi akarnya telah menghunjam jauh ke dalam kehidupan primitif umat manusia. Plato sudah mengatakan bahwa manusia adalah jiwanya, tubuhnya hanya sekedar alat saja. Aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah fungsi dari badan sebagaimana penglihatan adalah fungsi dari mata. Hinga kini sekurang-kurangnya ada empat mazhab psikologi, yakni (1)Psikoanalisa, (2) Behaviorisme, (3) Kognitip dan (4) Humanisme. Empat mazhab itu menggambarkan adanya dinamika pemahaman terhadap manusia yang sifatnya trial and error.

Freud dengan teori psikoanalisanya memandang manusia sebagai homo volens, yakni makhluk yang perilakunya dikendalikan oleh alam bawah sadarnya. Menurut teori ini, perilaku manusia merupakan hasil interaksi dari tiga pilar kepribadian; id, ego dan super ego, yakni komponen biologis, psikologis dan social, atau komponen hewani, intelek dan moral.
Teori ini dibantah oleh Behaviorisme yang memandang perilaku manusia bukan dikendalikan oleh faktor dalam (alam bawah sadar) tetapi sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan yang nampak,yang terukur, dapat diramal dan dapat dilukiskan. Menurut teori ini manusia disebut sebagai homo mechanicus, manusia mesin. Mesin adalah benda yang bekerja tanpa ada motiv di belakangnya, sepenuhnya ditentukan oleh factor obyektip (bahan baker, kondisi mesin dsb). Manusia tidak dipersoalkan apakah baik atau tidak, tetapi ia sangat plastis, bisa dibentuk menjadi apa dan siapa sesuai dengan lingkungan yang dialami atau yang dipersiapkan untuknya.

Teori ini dibantah lagi oleh teori Kognitip yang menyatakan bahwa manusia tidak tunduk begitu saja kepada lingkungan, tetapi ia bisa aktip bereaksi secara aktip terhadap lingkungan dengan cara berfikir. Manusia berusaha memahami lingkungan yang dihadapi dan merespond dengan fikiran yang dimiliki. Oleh karena itu menurut teori Kognitip, manusia disebut sebagai homo sapiens, makhluk yang berfikir.

Teori Kognitip dilanjutkan oleh teori Humanisme. Psikologi Humanistik memandang manusia sebagai eksistensi yang positip dan menentukan. Manusia adalah makhluk yang unik, memiliki cinta, krestifitas, nilai dan makna serta pertumbuhan pribadi. Oleh karena itu teori Humanisme menyebut manusia sebagai homo ludens, yakni manusia yang mengerti makna kehidupan.

Psikologi lahir dari budaya sekuler, oleh karena itu Psikologi tidak mengenal Tuhan, dosa maupun baik buruk. Yang dikenal dalam Psikologi adalah sehat psikologis dan sakit psikologis. Meski demikian dewasa ini Psikologi Humanistik sudah mulai meraba-raba wilayah yang sumbernya dari wahyu, yakni disamping membahas kecerdasan intelektual dan emosional, juga dibahas kecerdasan spiritual.

































BAB II
PEMBAHASAN


TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA

Pada pembahasan jiwa (anima|) diketahui bahwa manusia memiliki kesempurnaan dibanding makluk yang lain. Manusia dalam hidup mengalami perubahan-perubahan baik fisik maupun kejiwaan (fisiologis dan psikologis). Banyak faktor yang menetukan perkembangan manusia, yang mengakibatkan munculnya berbagai teori tentang perkembangan manusia. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut :

1. TEORI NATIVISME

A. Aliran Nativisme

Pada hakekatnya aliran nativisme bersumber dari leibnitzian tradition yang menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak, oleh karena itu factor lingkungan termasuk factor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetic dari kedua orangtua.

Dalam teori ini dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir/bakat. Teori ini muncul dari filsafat nativisma ( terlahir ) sebagai suatu bentuk dari filsafat idealism dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan factor alam yang kodrati. Teori ini dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang beranggapan bahwa factor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh alam sekitar atau pendidikan. Dengan tegas Arthur Schaupenhaur menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Pandanga ini sebagai lawan dari optimism yaitu pendidikan pesimisme memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh factor pendidikan, ditentukan oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.

Walaupun dalam kenyataan sehari-hari sering ditemukan secara fisik anak mirip orang tuanya, secara bakat mewarisi bakat kedua orangtuanya, tetapi bakat pembawaan genetika itu bukan satu-satunya factor yang menentukan perkembangan anak, tetapi masih ada factor lain yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan anak menuju kedewasaan, mengetahui kompetensi dalam diri dan identitas diri sendiri (jatidiri).

B. Faktor-Faktor perkembangan manusia dalam teori ini

1) Faktor genetic
Adalah factor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya besar.

2) Faktor Kemampuan Anak
Adalah factor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya.

3) Faktor pertumbuhan Anak
Adalah factor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.

C. Tujuan-Tujuan Teori Nativisme

Didalam teori ini menurut G. Leibnitz:Monad “Didalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”. Sedangakan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir/bakat. Sehingga dengan teori ini setiap manusia diharapkan :

1) Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan adanya hal ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar terhadap kemajuan dirinya.

2) Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
Jadi dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi manusia yang berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain.

3) Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalh yang terbaik untuk dirinya.

4) Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang
Teori ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam pengembangan potensi diri yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.

5) Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki
Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat yang dimiliki, denga artian semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan baakatnya sehingga bisa llebih optimal.

D. Aplikasi pada masa sekarang

Faktor pembawaan bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar dan pendidikan (Arthur Schaupenhauer (1788-1860)).

Untuk mendukung teori tersebut di era sekarang banyak dibuka pelatiahn dan kursus untuk pengembangan bakat sehingga bakat yang dibawa sejak lahir itu dilatih dan dikembangkan agar setiap individu manusia mampu mengolah potensi diri. Sehingga potensi yang ada dalam diri manusia tidak sia-sia kerena tidak dikembangkan, dilatih dan dimunculkan. Tetapi pelatihan yang diselenggarakan itu didominasi oleh orang-orang yang memang mengetahui bakat yang dimiliki, sehingga pada pengenalan bakat dan minat pada usia dini sedikit mendapat paksaan dari orang tua dan hal itu menyebabkan bakat dan kemampuan anak cenderung tertutup bahkan hilang karena sikap otoriter orangtua yang tidak mempertimbangkan bakat, kemampuan dan minat anak.

Lembaga pelatihan ini dibuat agar menjadi suatu wadah untuk menampung suatu bakat agar kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat tersalurkan dan berkembang denag baik sehingga hasil yang dicapai dapat maksimal. Tanpa disadari di lembaga pendidikan pun juga dibuka kegiatan-kegiatn yang bisa mengembangkan dan menyalurkan bakat anak diluar kegiatan akademik. Sehingga selain anak mendapat ilmu pengetahuan didalam kelas, tetapi jug bisa mengembangkan bakat yang dimilikinya.


2. TEORI EMPIRISME

A. Pengertian Empirisisme

Empirisisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisisme diambil dari bahasa yunani empeirikos yang berasal dari kata empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin , empirisisme adalah lawan dari rasionalisme.

Dua ciri pokok teori aliran empirisisme :

a. Teori makna
Teori makna pada aliran empirisisme biasanya dinyatakan sebagai teori tentang asal pengetahuan, yaitu asal-usul idea / konsep . Pada abad pertengahan teori ini diringkaskan dalam rumus “ Nihil est in intelecctu quod non prius fuerit in sensu “ dan pernyataan ini adalah tesis dari John Lucke .

b. Teori pengetahuan
Teori pengetahuan dapat diringkaskan sebagai berikut, menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran umum seperti “ setiap kejadian tentu mempunyai sebab ” ,dasar-dasar matematika dan beberapa prinsip dasar etika dan kebenaran - kebanaran itu benar dengan sendirinya, yang dikenal dengan istilah kebenaran a priori yang diperoleh lewat intuisi rasional, empirisisme menolak pendapat itu, dengan mengatakan tidak ada kebenaran intuisi rasional itu.

B. Diantara beberapa Tokoh Empirisisme

1) John Locke ( 1632-1704 )

John Locke adalah filosof Inggris, ia dilahirkan di Wrington, Somersetshire, pada tahun 1632 . Pada Tahun 1647-1652 ia belajar di Westminster dan tahun 1652 ia memasuki Universitas Oxford mempelajari agama Kristen.

Filsafat John ini dapat menerima keraguan sementara ( antimetafisika ), yang diajarkan oleh Descartes tetapi ia menolak intuisi yang digunakan oleh Descartes dan ia juga menolak metode deduktif Descartes dan menggantinya dengan generalisasi berdasarkan pengalaman, bahkan si John juga menolak reason dan ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti .

Menurut John Locke “ semua pengetahuan datang dari pengalaman ” , ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea atau konsep tentang sesuatu yang berada dibelakang pengalaman, tidak ada idea yang diturunkan seperti yang dikatakan oleh Plato , dengan kata lain John menolak adanya innate idea. Kenapa John lock mengatakan kalau innate idea itu tidak ada ? nah ini lah beberapa argument dari John Locke :

Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu tidak ada, memang agak umum orang beranggapan bahwa innate itu ada , ia itu seperti distempelkan pada jiwa manusia dan jiwa membawanya kedunia ini.

Persetujuan umum adalah argument yang terkuat. Tidak ada sesuatu yang dapat disetujui oleh umum tentang innate idea dan argument ini ditarik dari persetujuan umum, nah bagaimana kita akan mengatakan bahwa innate idea itu ada padahal umum tidak mengakui adanya.

Persetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea

Argument ini secara lurus menolak adanya innate idea ,sekalipun ada , itu tidak dapat dibuktikan adanya, lebih jauh si John berargument :

Marilah kita andaikan jiwa itu laksana kertas kosong , tidak berisi apa-apa, juga tidak ada idea didalamnya, nah bagaimanakah mungkin ia berisi sesuatu ? untuk menjawab pertanyaan ini si John mengatakan dari pengalaman, didalamnya seluruh pengetahuan didapat dan dari sana seluruh pengetahuan berasal.

Pandangan tabula rasa dari John Lock merupakan konsep epistemologi yang terkenal dan inilah teori pengetahuan empirisisme. Tabula rasa yang di gambarkan sebagai keadaan jiwa adalah pandangan epistemologi yang terkenal menurut John Locke.

2) David Hume ( 1711-1776 )

Untuk menganalisis sesuatu , David Hume mengajukan 3 argument,yaitu :

v Ada idea tentang kausalitas, suatu kejadian disebabkan oleh kejadian lain.
v Karena kita mempercayai kausalitas dan penerapannya secara universal, kita dapat memperkirakan masa lalu dan masa depan kejadian.
v Dunia luar diri memang ada, yaitu dunia yang bebas dari pengalaman kita.

Semua objek pemikiran manusia secara alamiah dapat dibagi dua , yaitu :

ü Relations of ideas yaitu pengetahuan yang jelas dengan sendirinya secara akal maupun secara intuitif seperti pada aljabar, 3 x 5 = 15 adalah hubungan antar jumlah. Proposisi jenis ini cukup diperoleh dengan operasi pemikiran tanpa bergantung pada ada atau tidaknya bukti dilapangan.
ü Matter of fact yaitu pengetahuan yang tidak terbukti kebenarannya maupun kepalsuannya, seperti pernyataan matahari akan terbit besok atau matahari tidak akan terbit besok, kedua – dua contoh ini tidak dapat dibuktikan secara langsung.

Lebih lanjut David Hume mengatakan, bahwa, bila anda ingin puas , anda mesti meneliti bagaimana Anda sampai pada pengetahuan tentang kausalitas, Hume menyimpulkan bahwa kita ini mengatahui tentang kausalitas bukan melalui akal, melainkan melalui pengalaman dan tidak ada akal atau pemikiran apapun yang memadai untuk membuat prediksi.

3. TEORI KONVERGENSI

Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori di atas yang menyatakan bahwa pembawaan dan pengalaman memiliki peranan dalam mempengaruhi dan menentukan perkembangan individu. Asumsi teori ini berdasar eksperimen dari William Stern terhadap dua anak kembar. Anak kembar memiliki sifat keturunan yang sama, namun setelah dipisahkan dalam lingkungan yang berbeda anak kembar tersebut ternyata memiliki sifat yang berbeda. Dari sinilah maka teori ini menyimpulkan bahwa sifat keturunan atau pembawaan bukanlah faktor mayor yang menentukan perkembangan individu tapi turut juga disokong oleh faktor lingkungan.


TEORI ENDOGEN DAN EKSOGEN

Faktor pembawaan manusia dalam teori ini disebut sebagai faktor endogen yang meliputi faktor kejasmanian seperti kulit putih, rambut keriting, rambut warna hitam. Selain faktor kejasmanian faktor ada juga faktor pembawaan psikologis yang disebut dengan temperamen. Temperamen berbeda dengan karakter atau watak. Karakter atau watak adalah keseluruhan ari sifat manusia yang namapak dalam perilaku sehari-hari sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan dan bersifat tidak konstan. Jika watak atau karakter bersifat tidak konstan maka temperamen bersifat konstan. Selain temperamen dan sifat jasmani, faktor endogen lainnya yang ada pada diri manusia adalah faktor bakat (aptitude). Aptitude adalah potensi-potensi yang memungkinkan individu berkembang ke satu arah.

Untuk faktor lingkunganyang dimaksud dalam teori ini disebut sebagai faktor eksogen yaitu faktor yang datang dari luar diri manusia berupa pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya yang populer disebut sebagai milieu. Perbedaan antara lingkungan dengan pendidikan adalah terletak pada keaktifan proses yang dijalankan. Bila lingkungan bersifat pasif tidak memaksa bergantung pada individu apakah mau menggunakan kesempatan dan manfaat yang ada atau tidak. Sedangkan pendidikan bersifat aktif dan sistematis serta dijalankan penuh kesadaran.

HUBUNGAN INDIVIDU DENGAN LINGKUNGAN

Pada teori konvergensi disebutkan bahwa lingkungan memiliki peranan penting dalam perkembangan jiwa manusia. Lingkungan tersebut terbagi dalam beberapa kategori yaitu :

a. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang berupa alam seperti keadaan alam atau keadaan tanah serta musim. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu. Misalnya: daerah pegunungan memberikan pengaruh yang lain jika dibandingkan dengan pantai.

b. Lingkungan social adalah berupa lingkungan tempat individu berinteraksi atau sering yang sebut dengan masyarakat. Lingkungan sosial dibedakan dalam dua bentuk :

· Lingkungan sosial primer yaitu lingkungan social dengan adanya hubungan yang erat antara anggota yang satu dengan yang lain. Lingkungan yang anggotanya saling kenal dengan erat dan akrab.
· Lingkungan sosial sekunder yaitu lingkungan yang hubungan anatar anggotanya bersifat longgar. Artinya anggota yang satu dengan yang lainnya kurang atau tidak saling kenal mengenal.

Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata memiliki hubungan timbal balik lingkungan mempengaruhi individu dan individu mempengaruhi lingkungan. Sikap individu terhadap lingkungan dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu :

1) Individu menolak lingkungan jika tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu
2) Individu menerima lingkungan jika sesuai dengan dengan yang ada dalam diri individu
3) Individu bersikap netral atau berstaus quo.






















BAB III
PENUTUP



KESIMPULAN

1) Hukum-hukum dalam perkembangan antara lain
Perkembangan adalah kualitatif
Perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil dari belajar
Usia Ikut Mempengaruhi Perkembangan
Masing-Masing Individu Mempunyai Tempo Perkembangan Yang Berbeda-Beda
Dalam Keseluruhan Periode Perkembangan, Setiap Spesies Perkembangan Individu memiliki Pola Umum Yang Sama
Perkembangan dipengaruhi Oleh Hereditas dan Lingkungan
Perkembangan Yang Lambat Dapat Dipercepat
Perkembangan Meliputi Proses Individual dan Integrasi
2) Tahap-Tahap Perkembanga Pribadi Manusia
o Tahap-Tahap Perkembangan Fisiologis
o Tahap-Tahap Perkembangan Psikologis
o Tahap-Tahap Perkembangan Secara Pedagogis
3) Ada empat mazhab psikologi, yakni (1)Psikoanalisa, (2) Behaviorisme, (3) Kognitip dan (4) Humanisme.
4) Teori endogen dan eksogen

faktor endogen yang meliputi faktor kejasmanian seperti kulit putih, rambut keriting, rambut warna hitam.
faktor eksogen yaitu faktor yang datang dari luar diri manusia berupa pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya yang populer disebut sebagai milieu.

5) Hubungan individu dengan lingkungan

a. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang berupa alam seperti keadaan alam atau keadaan tanah serta musim. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu. Misalnya: daerah pegunungan memberikan pengaruh yang lain jika dibandingkan dengan pantai.

b. Lingkungan social adalah berupa lingkungan tempat individu berinteraksi atau sering yang sebut dengan masyarakat.
















DAFTAR PUSTAKA



Bimo Walgito, Prof. Dr., 1980. Pengantar Psikologi Umum. ANDI: Jogjakarta.
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id/PSISOS.2.doc.
Dan beberapa buku serta website yang releva
n

No comments:

Post a Comment