Wednesday, 2 October 2013

Materi Ulumul Qur'an

                   BAB I

Sejarah Turun dan pemeliharaan Al Qur’an

1. Tahapan Turunnya Al Qur’an


Al Qur’an Tersimpan di Lauh Mahfudz


Baitul Izzah Langit Dunia pada Lailatul Qadar


Muhammad selama 23 tahun secara berangsur-angsur

2. Hikmah penurunan Al Qur’an secara berangsur-angsur
· Memantapkan hati Nabi
· Melemahkan para penentang al Qur’an
· Memudahkan untuk dihafalkan dan difahami
· Mengiringi Konteks yang terjadi
· Bukti bahwa al Qur’an bukan ciptaan manusia
3. Pemeliharaan Al Qur’an Masa Nabi dan Khulafaurrasyidin
· Masa Nabi : Di hafalkan
Ditulis dalam berbagai media yang ada
· Masa Abu Bakar : Muncul ide untuk menuliskan al Qur’an oleh Umar
· Masa Umar : Penulisan al Qur’an dilakukan dengan membuat kepanitiaan
· Masa Usman : Upaya penyeragaman dan standarisasi teks dan bacaan al Qur’an
Pengiriman mushaf Imam ke berbagai negara
Pemusnahan mushhaf non usmani
4. Nama-Nama Penghafal Al Qur’an
- Ubay ibn Ka’ab
- Muadz bin Jabal
- Zayd ibn Tsabit
- Abu Zayd al Anshary



























BAB II
‘ULUMUL QUR’AN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA”

• Masa Rasulullah-Khalifah Ali Bin Abi Thalib (35-40H), Ilmu al Qur’an masih diriwayatkan secara lisan (Oral Transmission)
• Abad ke-2 H, Upaya pembukuan al qur’an mulai dilakukan, namun ulama’ masih terfokus pada tafsir. Berlangsung sampai abad ke-3 H.
• Abad ke-3 H, ditandai dengan munculnya Tafsir at Thabary oleh Muhammad ibn Jarir al thabari (w.310 H), disusun secara sistematis, memuat i’rab dan pendapat berbagai kalangan. Ulumul Qur’an ditulis secara tematik.
• Abad ke-4, perkembangan ulumul Qur’an hampir sama dengan abad ke-3 H
• Abad ke-5, muncullah Ali Ibrahim bin Said al Hufiy (w.430 H) yang menghimpun bagian-bagian Ulumul Qur’an dalam kitab al Burhan fi Ulum al Qur’an. Sehingga para ulama menganggap al Hufiy sebagai tokoh pertama yang membukukan Ulumul Qur’an.
• Abad ke-6, lahirlah kitab al Funun al Afnan fi ‘Ajaibi ‘Ulum al Qur’an karya Ibnu al Jauzi (w.597 H), al Mujtaba fi Ulum tata’allaqu bi al Qur’an.
• Abad ke-7 H, Muncul Alamuddin al Sakhawi (w. 641 H), karyanya Jamal al Qurra wa kamal al Iqra’, Abu Syamah (w.665 H), karyanya al Mursyid al wajid fi ma yata’allaq bi al Qur’an al Aziz.
• Abad ke-8 H, lahir kitab al Burhan fi Ulum al Qur’an karangan al Zarkasyi (w. 794 H).
• Abad ke-9 H, Jalaluddin al Bulqini (w.824 H), menyusun kitab Mawaqi’ al ‘Ulum fi Mawaqi’ al Nujum. Lahir pula Tahrir fi Ulum al Tafsir & al Itqan fi Ulum al Qur’an karya al Suyuti (w. 911 H).
• Abad ke 13 H, Ulumul Qur’an mulai berkembang lagi ditunjukkan dengan penerjemahan al Qur’an dalam bahasa selain arab, diantara tokohnya Tahir al Jazairi dengan karyanya al Tibyan fi ba’dh al Mabahits al Muta’allqah bi al Qur’an tahun 1335,
• Pada sekitar abad ini pula berkembang kajian tema al Qur’an kontemporer, seperti: Kitab I’jaz al Qur’an karya Mushthofa Shadiq Al Rafi’i, Tashwir al Fanny fi al Qur’an karya Sayyid Qutb, an Naba’ al ‘Adzim karya Dr. M. Abd. Al Darraz.
• Muhammad Ali Salamah karyanya Manhaj al Furqan fi Ulum al Qur’an. Manahil al Irfan karya al Zarqani sampai pada Manna’ Khalil Qattan dan Muhammad Ali as Shabuny.
1. Diantara Ulama’ pada abad 2 H :
• Yazid bin Harun as Salamy (w.117 H)
• Syu’bah ibn al Hajjaj (w. 160 H)
• Waki’ Ibn al Jarrah (w.197 H)
• Sufyan Ibn ‘Uyainah (w.198 H)
• Abdurrazzaq bin Hammam (w.211 H)
Mereka adalah Ulama’ Hadist, mereka juga menyusun tafsir berdasarkan bab, namun karya-karya mereka tidak sampai kepada kita.
2. Beberapa karya Ulama’ Abad ke-3 H
- Asbabun Nuzul karya Ali bin al Madini (w.234 H)
- Nasikh wa al Mansukh karya Abu Ubaid bin al Qasim bin salim (w. 224 H)
- Musykil al Qur’an karya Ibn Qutaibah (w.276 H)
3. Beberapa Karya Ulama’ Abad ke-4 :
• Al Hawi fi Ulum al Qur’an karya Muhammad bin Khalaf (w.309 H)
• Ulum al Qur’an karya Abu Bakar Muhammad bin al Qasim al Anbary (w.328 H)
• Gharib al Qur’an karya Abu Bakar al Sijstani (w.330 H)
• Al-Istighna’ fi Ulum al-Qur’an karya Muhammad bin Ali al Adfawy (w.388 H)
4. Beberapa Karya Ulama’ Abad ke-5 :
- I’jaz al Qur’an karya Abu Bakar al Baqilani (w.403 H)
- I’rob al Qur’an karya Ali bin Ibrahim bin sa’id al Hufy (w. 430 H)
- Amtsal al Qur’an karya al Mawardi (w.450 H)
- Majaz al Qur’an karya al ‘Izz bin ‘Abdissalam (w.660 H)
5. Beberapa Karya Ulama’ Abad ke-7 :
- ‘Ilm al Qira’at karya ‘Alamuddin al Sakhawy (w.643 H)
6. Beberapa Karya Ulama’ Abad ke-8 :
- Aqsam al-Qur’an karya Ibn al Qayyim (w.751 H)
7. ULUMUL QUR’AN MASA SEKARANG
• Perkembangan Ulumul Qur’an di Indonesia juga dapat dirasakan dengan munculnya buku ulumul Qur’an berbahasa Indonesia, antara lain: Ilmu-Ilmu al Qur’an karya Hasbi ash Shiddiqy.
• Ditambah dengan maraknya penerjemahan buku Ulumul Qur’an dari timur tengah maupun Barat. Misalnya, Mafhum al Nash karya sarjana muslim kontemporer, Nashr Hamid Abu Zaid, al Kitab wa al Qur’an: Qira’ah Mu’ashirah Karya Muhammad Syahrur.
• Ada juga beberapa karya sarjana muslim dalam Bahasa Inggris, misalnya, The Qur’an: a Short Introduction karya Farid Esack, Ulum al Qur’an karya Ahmed Von Deffer.
• Penerjemahan buku Ulumul Qur’an karya sarjana Barat, juga memberikan nuansa tersendiri. Antara lain: Introduction to the Qur’an karya Richard Bell, dan beberapa karya Montgomery Watt.
• Banyak pula artikel ilmiah, jurnal yang diterbitkan dalam diskursus Ulumul Qur’an.


Al Qur’an; Sumber ilmu dan Hukum


Alat Pendukung: Hadits / Sunnah Nabi ALAT : ULUMUL QUR’AN

Tauhid



Fiqih



Akhlaq, dll






























BAB III
ASBABUN NUZUL
1. Pengertian Asbabun Nuzul
§ Terjadinya suatu peristiwa, kasus, atau pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah, terjadinya berdekatan menjelang turunnya ayat, dimana ayat tersebut berkaitan dengan peristiwa atau pertanyaan itu.
2. Bentuk-Bentuk Asbaabun Nuzul
§ تعدد النّازل والسّبب واحد
Contoh : surat an nisa 32, al Ahzab 35, ali Imron 195 dalam riwayat tentang ummu salamah.
أخبرنا اسماعيل بن أبي القاسم الصوفي، أخبرنا إسماعيل بن نجيد، حدثنا جعفر بن محمد بن سوار، أخبرنا قتيبة، حدثنا سفيان بن عيينة، عن ابن أبي نجيح، عن مجاهد، قال: قالت أم سلمة: يا رسول الله تغزو الرجال ولا نغزو، وإنما لنا نصف الميراث، فأنزل الله تعالى : (ولا تتمنّوا ما فضّل الله به بعضكم على بعض..... الآية) النساء : 32

§ تعدد السبب والنازل واحد
Surat al Ikhlash turun dengan 2 sebab. Pertama di Makkah sebagai jawaban kaum musyrikin, dan kedua di Madinah sebagai jawaban atas ahli kitab.
قال قتادة والضحاك ومقاتل: جاء ناس من اليهود الى النبي، فقالوا: صف لنا ربك، فإن الله أنزل نعته فى التوراة، فأخبرنا من أي شيئ هو ؟ ومن أي جنس هو ؟ أ ذهب هو أم نحاس أم فضة؟ وهل يأكل ويشرب ؟ وممّن ورث الدنيا ومن يورثها ؟ فأنزل الله تعالى هذه السورة، وهي نسبة الله خاصة.

§ تعدد السبب والنازل واحد
Surat al Ikhlash turun dengan 2 sebab. Pertama di Makkah sebagai jawaban kaum musyrikin, dan kedua di Madinah sebagai jawaban atas ahli kitab.
قال قتادة والضحاك ومقاتل: جاء ناس من اليهود الى النبي، فقالوا: صف لنا ربك، فإن الله أنزل نعته فى التوراة، فأخبرنا من أي شيئ هو ؟ ومن أي جنس هو ؟ أ ذهب هو أم نحاس أم فضة؟ وهل يأكل ويشرب ؟ وممّن ورث الدنيا ومن يورثها ؟ فأنزل الله تعالى هذه السورة، وهي نسبة الله خاصة.
3. Bagaimana Cara Mengetahui asbab al nuzul ?
§ Riwayat yang shahih (valid) dari para sahabat yang mendengar atau menyaksikan langsung kejadian yang berhubungan dengan turunnya ayat tertentu, atau orang yang telah melakukan penelitian cermat dari kalangan tabi’in atau ulama’ yang dapat dipercaya.

4. Bagaimana cara mengetahui validitas riwayat Asbabun Nuzul
ž Apabila perawi secara tegas mengatakan“سبب نزول هذه الآية كذا و كذا ....“ atau “ sebab turunnya ayat adalah demikian...”
ž Terkadang perawi tidak menyebutkan kata sebab, tetapi memasukkan huruf ‘fa’ (maka) pada kata ‘nazala’
ž Terkadang ada bentuk ungkapan yang tidak menyatakan dengan tegas sebab turunnya ayat, seperti keterangan perawi, ” ayat ini turun tentang soal demikian”. (as Shabuny, at Tibyan)

5. Bagaimana jika ditemukan beberapa riwayat berbeda tentang sebab turun ayat ?
- Bila mufassir mengemukakan 2 riwayat; yang pertama menyebutkan sebab turunnya ayat secara tegas, sedang yang kedua tidak, maka yang diambil adalah riwayat pertama (yang jelas/sharih)
- Bila terdapat 2 riwayat mengungkapkan sebab yang berbeda dari ayat yang sama, maka yang dipegangi sanad yang shahih bukan yang dha’if.
- Bila 2 sanadnya sama-sama shahih, maka harus dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga diketahui riwayat yang terkuat diantara keduanya.
- 4. Bila 2 riwayat sama-sama shahih, sedangkan jarak waktu antara keduanya berdekatanmaka ayat tersebut turun karena 2 kasus, keduanya dapat dikompromikan.
- 5. Apabila 2 riwayat sama-sama shahih dan satu sama lain tidak bisa dikompromikan, apalagi jeda waktunya cukup jauh maka ditetapkan ayat tersebut turun berulangkali.

6. Kaidah-Kaidah Asbaabun Nuzul
§ العبرة بعموم اللفظ لا بحصوص السبب
§ Makna ayat berdasarkan keumuman lafadz bukan berdasarkan kekhususan sebab. (Ibn Taimiyah, Muhammad Abduh)
§ العبرة بخصوص السبب لا بعموم اللفظ
§ Makna ayat berdasarkan kekhususan sebab bukan keumuman lafadz. Makna ayat berdasarkan sebab turunnya. Menekankan pentingnya qiyas untuk menarik makna yang memiliki latar belakang asbabun nuzul.
فوائد معرفة أسباب النزول.7
- Untuk mengetahui hikmah dan rahasia dibalik legislasi hukum
- Untuk menentukan hukum kekhususan suatu ayat
- Menghindarkan prasangka arti ayat hanya pada batas tertentu (Hasr)
- Memastikan pelaku turunnya ayat al Qur’an
- Implikasi sebuah firman dapat langsung dipahami sesuai konteksnya
- Menentukan apakah makna ayat mengandung aplikasi yang bersifat khusus atau umum













































BAB IV
ILMU MUNASABAH
1. Pengertian Munasabah
ž Suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian al Qur’an, baik ayat dengan ayat atau surat dengan surat. (Nadzm al Durar, Ibrahim Umar al Biqa’i)
ž أنواع المناسبة
- Antara surat dengan surat sebelumnya
- Nama surat dengan kandungan-nya
- Bagian dalam satu surat
- Ayat yang berdampingan
- Kelompok ayat yang berdampingan
- Fashilah dengan isi ayat
- Penutup surat dengan awal surat

2. Macam-macam munasabah antar ayat
a. Jelas : Ta’kid, Tafsir, I’tiradh, Tasydid
b. Tidak Jelas: Tandzir, Mudhadat, Istithradh, Takhallus

3. Langkah-Langkah Menemukan Munasabah
- Memperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi obyek pencarian
- Memperhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat
- Menentukan tingkatan uraian-uraian itu, apakah memiliki hubungan atau tidak
- Memperhatikan ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan, dalam mengambil kesimpulan. (Al Itqan Fi Ulum al Qur’an, As Suyuthi)
4. Apa Manfaat Mempelajari Munasabah ?
- Membantu menafsirkan ayat-ayat al Qur’an setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat lain
- Dapat mengetahui tingkat estetika bahasa al Qur’an dan konteks kalimat antara satu dengan yang lain serta kesesuaian ayat atau surat satu dengan yang lain
- Mengetahui hubungan antara bagian al Qur’an, baik antara kalimat, ayat maupun surat, sehingga memperdalam pemahaman dan pengetahuan terhadap al Qur’an dan memperkuat bukti kemukjizatan al Qur’an
- Dapat meng-counter anggapan sebagian orang bahwa tema-tema al Qur’an kehilangan relevansinya antar satu bagian dengan bagian lain.
5. Contoh – Contoh
ž Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya
ž الآية: الحمد لله رب العالمين (الفاتحة: 2) و الآية : فاذكروني أذكركم واشكرولي ولا تكفرون (البقرة: 152)
ž Munasabah antar nama surat dan tujuan turunnya.
ž Munasabah antar bagian dalam suatu ayat.
ž هو الذي خلق السموات والارض فى ستة أيام ثم استوى على العرش يعلم ما يلج فى الأرض وما يخرج منها وما ينزل من السماء وما يعرج فيها .... الآية
ž Munasabah antar ayat yang letakya berdampingan
- Pola ta’kid :
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين
- Pola tafsir :
- ..... هدى للمتقين الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلاة... الآية
BAB V
I’JAZ AL-QUR’AN
1. Apa itu mukjizat ?

ž أمر خارق للعادة مقرون بالتحدّي سالم عن المعارضة (منّاع القطان)
ž Suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai adanya unsur tantangan dan tidak akan dapa ditandingi.
ž Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi pada seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu untuk mendatangkan hal serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani tantangan itu.

2. Unsur-Unsur Mukjizat
ž Hal atau peristiwa luar biasa
ž Terjadi dan dipaparkan oleh seseorang yang mengaku nabi
ž Mengandung tantangan bagi orang yang meragukan kenabian
ž Tantangan tersebut tidak mampu dilayani

3. أنواع الإعجاز
ž Mukjizat yang bersifat material yang tidak kekal (حسيّ)
ž Mukjizat Immaterial, logis yang dapat dibuktikan sepanjang masa (معنويّ)
4. وجوه الإعجاز
ž Gaya bahasa
ž Susunan Kalimat (اسلوب)
ž Hukum Ilahi (I’jaz tasyri’)
ž Berita-Berita Ghaib

5. Ketelitian redaksinya
- Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya
- Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya
- Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan akibatnya
- Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya
- Keseimbangan khusus

6. Isyarat-Isyarat Ilmiah
- Kurangnya oksigen pada ketinggian tertentu (الأنعام: 125)
- Perbedaan sidik jari manusia (القيامة: 4)
- Kulit merupakan indera perasa terluar (النساء: 56)
- Aroma bau manusia berbeda (يوسف: 94)

7. Manfaat adanya (mempelajari) Mukjizat :
- Menguatkan argumentasi tentang kebenaran al Qur’an
- Menguatkan argumentasi kebenaran Rasul
- Menambah keimanan bagi yang sudah beriman











BAB VI
ILMU QIRA’AH
1. ما تعريف القراءات ؟
ž Suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati dan diperselisihkan ulama yang menyangkut persoalan lughot, hadzaf, I’rab, itsbat, fashl dan washl yang kesemuanya diperoleh secara periwayatan. (Al Qasthalany)
ž Suatu madzhab cara pelafalan al Qur’an yang dianut salah satu imam berdasarkan sanad-sanad yang bersambung kepada Rasulullah SAW. (ash Shabuny)
ž مذهب يذهب اليه امام من أئمة القراء مخالفا به غيره فى النطق بالقرآن الكريم مع اتفاق الروايات والطرق عنه سواء اكانت هذه المخالفة فى نطق الحروف أم فى نطق هيئاتها (عبد العظيم الزرقاني)
ž علم بكيفيات أداء كلمات القرآن واختلافها بعزو النافلة (الجزري)

2. Latar Belakang Timbulnya Perbedaan Qira’at
- Latar belakang Historis
- Latar belakang cara penyampaian
a. Perbedaan dalam I’rob atau harakat kalimat tanpa perubahan makna dan bentuk kalimat
b. Perbedaan pada I’rab dan harakat kalimat sehingga mengubah maknanya
c. Perbedaan pada perubahan huruf tanpa perubahan I’rab dan bentuk tulisannya, sementara maknanya berubah
d. Perubahan pada kalimat dengan perubahan pada bentuk tulisannya, tetapi maknanya tidak berubah
e. Perbedaan pada kalimat dimana bentuk dan maknanya berubah.
f. Perbedaan dengan mendahulukan dan mengakhirkan
g. Perbedaan dengan menambahkan dan mengurangi huruf

3. Sebab – Sebab Perbedaan Qira’at
- Perbedaan qira’at nabi
- فلا تعلم نفس ما اخفي لهم من قرة أعين (مصحف عثماني)
- فلا تعلم نفس ما اخفي لهم من قرات أعين (السجدة: 17)
- Pengakuan nabi terhadap berbagai qira’at yang berlaku dikalangan muslimin pada masa itu.
- Adanya riwayat dari para sahabat nabi menyangkut berbagai versi qira’at yang ada. Bacaan orang hudzail(حتى حين) menjadi (عتى حين) .
- Adanya lahjah atau dialek kebahasaan dikalangan bangsa arab pada masa turunnya al Qur’an.
4. انواع القراءات
ž Dari segi Kuantitas
1. Qira’ah sab’ah (Imam Qiraah yang 7)
a. Ibnu Katsir (wafat 120 H)
b. Nafi’ bin Abdurrahman (WAFAT 169 H)
c. Abu ‘Amir ad Dimasyqi (w.118 H)
d. Abu ‘Amr (wafat 154 H)
e. Ya’qub (Wafat 205 H)
f. Hamzah (188 H)
g. Ashim (wafat 127 H)
2. Qira’at ‘asyrah
3. Qira’at arba’ ‘asyar

ž Dari Aspek Kualitas
1. Qira’ah mutawatirah
2. Qira’ah Masyhur
3. Qira’ah Ahad; sanad shahih namun menyalahi tulisan mushaf ustmany dan kaidah bahasa arab, tidak masyhur. Contoh :
متكئين على رَفَارِفَ خُضْرٍ و عَبَاقَرِيَ حِسَانٍ
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ من أَنْفَسِكُمْ
4. Qira’ah syadzah (Menyimpang); sanadnya tidak shahih. Contoh :
مَلَكَ يَوْمِ الدِّين , اِيَّاكَ يُعْبَدُ ..
5. Qiraat Maudhu’; Palsu
6. Qiraat yang menyerupai hadis mudraj, adanya sisipan dengan tujuan penafsiran

5. Pengaruh Qira’at dalam Istinbath hukum
- Dapat menguatkan ketentuan hukum yang telah disepakati ulama
- Dapat mentarjih hukum yang diperselisihkan ulama
- Dapat menggabungkan dua ketentuan hukum yang berbeda
- Dapat menunjukkan dua ketentuan hukum yang berbeda dalam kondisi berbeda pula
- Dapat memberikan penjelasan terhadap suatu kata yang sulit dipahami didalam al Qur’an.

6. Syarat diterimanya Qira’at
- Sesuai kaidah bahasa arab
- Riwayatnya menggunakan Sanadnya shahih
- Sesuai dengan salah satu mushaf Usmany
























BAB VII
اَلْمُحْكَمْ وَالْمُتَشَابِهْ
منشأ الإختلاف
هو الذي انزل عليك الكتاب منه آيات محكمات هن أم الكتاب وأخر متشابهات فأما الذين فى قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء الفتنة وابتفاء تأويله وما يعلم تأويله الا الله والراسخون فى العلم يقولون آمنا به كل من
ماهو المحكم والمتشابه ؟
ž المحكم ما عرف المراد منه، اما بالظهور واما بالتأويل. والمتشابه ما استأثر الله بعلمه.
ž المحكم ما وضح معناه. والمتشابه نقيضه.
ž المحكم ما لا يحتمل من التأويل إلا وجها واحدا. والمتشابه ما احتمل أوجها.
ž المحكم ما كان معقول المعنى. والمتشابه بخلافه، كأعداد الصلوات.
ž أقسام الآيات عند اعتبار بعضها ببعض
ž محكم على الإطلاق
ž متشابه على الإطلاق
ž محكم من وجه متشابه من وجه
ž أنواع المتشابه.
ž متشابه من جهة اللفظ فقط
ž متشابه من جهة المعنى فقط
ž متشابه من جهتهما
ž متشابه من جهة اللفظ فقط :
ž يرجع الى الألفاظ المفردة. إما من جهة الغرابة (الأب) و (يزفون)، او الإشتراك كاليد واليمين.
ž يرجع الى جملة الكلام المركب، وذالك ثلاثة أضرب:
ž ضرب لاختصار الكلام (وان خفتم الا تقسطوا.. الآية)
ž ضرب لبسطه (ليس كمثله شيئ... الآية )
ž ضرب لنظم الكلام (..أنزل على عبده الكتاب .. الآية)
ž متشابه من جهة المعنى فقط :
ž أوصاف الله تعالى وأوصاف القيامة، فإن تلك الأوصاف لا تتصور لنا.
ž متشابه من جهتهما خمسة اضرب :
ž من جهة الكمية، كالعموم والخصوص. نحو: (فاقتلوا المشركين... الآية ) التوبة : 5
ž من جهة الكيفية: كالوجوب والندب. نحو: (فانكحوا ما طاب لكم.. الآية) النساء: 3
ž من جهة الزمان، كالناسخ والمنسوخ. نحو: (اتقوا الله حق تقاته.. الآية ) ال عمران: 102
ž من جهة الشروط، التى يصح بها الفعل أو يفسد، كشروط الصلاة والنكاح.
ž من جهة المكان والأمور التى نزلت فيها. نحو: (وليس البر بأن تأتوا البيوت من ظهورها ... الآية) البقرة: 189. فإن من لا يعرف عادتهم فى الجاهلية يتعذر عليه تفسير هذه الآية.
ž أنواع المتشابه من جهة معرفته
ž ضرب لا سبيل الى الوقوف عليه. كوقت الساعة
ž ضرب للإنسان سبيل إلى معرفته. كالألفاظ الغريبة والأحكام القلقلة.
ž ضرب متردد بين الأمرين، يختص بمعرفته بعض الراسخين فى العلم ويخفى على من دونهم.
ž ما موقف العلماء عن المتشابه فى القرآن ؟
ž Madzhab Salaf : Percaya terhadap ayat mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri. Mereka menyucikan Allah dari pengertian lahir yang mustahil bagi Allah. Diantara tokohnya adalah Imam Malik.
ž Madzhab Khalaf: perlunya menakwilkan ayat mutasyabihat yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan kemulyaan Allah.
1. Contoh penakwilan Ulama Khalaf
ž الإستواء Ditakwilkan dengan pengendalian Allah terhadap alam tanpa merasa kesulitan.
ž جاء ربك Ditakwilkan dengan kedatangan perintahnya
ž وهو القاهر فوق عباده Menunjukkan Allah Maha Tinggi
ž جنب الله Ditakwilkan dengan Hak Allah
ž وجه الله Ditakwilkan dengan pengawasan Allah
ž يد الله ditakwilkan dengan Kekuasaan Allah
Ibn Qutaibah menentukan 2 syarat dapat diterima nya sebuah penakwilan :
1. Makna tersebut sesuai dengan hakikat kebenaran yang diakui oleh pemilik otoritas
2. Arti yang dipilih dikenal dalam bahasa arab klasik

ما موقف العلماء عن الأحرف المقطعة ؟
- Ulama’ Salaf memahami sebagai rahasia yang hanya diketahui oleh Allah. Tokoh pendapat ini diantara Ali Bin Abi Thalib, Abu Bakar.
- Sebagian ulama yang menyatakan bahwa manusia pun mengetahui rahasia makna nya.

2. Pandangan Pakar Al Qur’an
As-Suyuti menukilkan pendapat Ibnu Abbas tentang huruf tersebut sebagai berikut :
· الم berarti انا الله اعلم
· المص berarti انا الله اعلم وافضل
· الر berarti انا الله ارى
· كهيعص diambil dari كريم – هاد – حكيم – عليم – صادق juga berarti كان – هاد – يمين – عالم – صادق
3. Pandangan Orientalis
ž orientalis Jerman, Nolkede adalah orang pertama mengemukakakn dugaan bahwa huruf-huruf Muqatta’ah itu merupakan penujukan nama-nama para pengumpulnya. Misalnya Sin sebagai kependekan dari nama sahabat Sa’ad Ibn Abi Waqash, Mim dari nama Al-Mughirah, Nun dari nama Usman bin Affan dan Ha’ dari nama Abu Hurairah.
ž Kemudian ia sendiri meninggalkan pandangan ini dan dalam artikel-artikelnya yang belakangan ia mengemukakan pandangan huruf-huruf itu merupakan simbol-simbol yang tidak bermakna, mungkin sebagai tanda-tanda magis atau tiruan-tiruan dari tulisan kitab samawi yang disampaikan kepada Nabi Muhammad.






BAB VIII
MAKKYAH DAN MADANYIAH

1. Pengertian Qashash (Kisah)
ž Dari segi bahasa al-qashash atau al-qish-shotu yang berarti cerita ia semakna dengan tatabbu’ul atsar, yaitu pengulangan kembali masa lalu.
ž Dari segi istilah, kisah berarti berita-berita mengenai suatu permasalahan dalam masa-masa yang saling berurut-urut. Qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan mengenai ihwal ummat yang telah lalu, nubuwwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
2. Macam-macam Kisah dalam Al-Qur’an
ž Kisah Para Nabi terdahulu. Kisah ini mengandung informasi mengenai dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan golongan yang menentang dan mendustakannya. Misalnya kisah nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun dan Isa.
ž Kisah-kisah yang menyangkut pribadi-pribadi dan golongan-golongan dengan segala kejadiannya yang di nukil oleh Allah untuk dijadikan pelajaran, seperti kisah Maryam, Lukman, Dzulqarnain, Qarun dan Ash-habul Kahfi.
ž 3. Kisah-kisah yang menyangkut peristiwa-peristiwa pada masa Rasulullah SAW, seperti perang Badar, perang Uhud, perang Ahzab, Bani Quraizah, Bani Nadzir dan Zaid bin Haritsah dengan Abu Lahab.
3. Karakteristik Kisah dalam Al-Qur’an
ž Menjelaskan Balaghah Al-Qur’an dalam tingkat paling tinggi. Kisah yang berulang itu dikemukakan disetiap tempat dengan ushlub yang berbeda satu dengan yang lain serta dituangkan dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang merasa bosan, bahkan dapat menambah kedalam jiwanya makna-makna baru yang tidak di dapatkan di saat membacanya di tempat yang lain.
ž Menunjukan kehebatan Al-Qur’an, sebab mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat dimana salah satu bentukpun tidak di tandingi oleh sastrawan Arab, merupakan bukti bahwa Al-Qur’an itu murni datangnya dari Allah SWT.
ž Mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan tanda betapa besarnya perhatian Al-Qur’an terhadap masalah tersebut. Misalnya kisah Nabi Musa dengan Fir’aun. Kisah ini mengisahkan pergulatan sengit antara kebenaran dan kebathilan.
ž Penyajian seperti itu menunjukan perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu di ungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya diterangkan di suatu tempat, karena hanya itulah yang diperlukan, sedangkan makna-makna lainnya dikemukakan di tempat lain, sesuai dengan keadaan.
4. Tujuan Kisah dalam Al-Qur’an
ž Salah satu tujuan cerita itu ialah menetapkan adanya wahyu dan ke-Rasulan.
ž Menerangkan bahwa agama dari Allah, dari masa Nabi Nuh sampai dengan masa Nabi Muhammad SAW, bahwa kaum muslimin semuanya merupakan satu ummat, bahwa Allah yang Maha Esa adalah Tuhan bagi semuanya (Q.S. 21 : 51 – 92)
ž Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat beliau di atas ajaran (Dien) Allah Subhanahu wa Ta'ala
ž Mengokohkan kepercayaan kaum mukminin akan kemenangan al-haq dan tentaranya serta terhinanya kebatilan dan para pembelanya.
ž Kisah itu merupakan sebagian contoh tentang adab yang harus diperhatikan dan pelajaran-pelajarannya tertanam kuat di dalam jiwa. Firman Allah :
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي اْلأَلْبَابِ
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf: 111)
ž Al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologis dan tidak memaparkannya secara terperinci. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan tentang berlakunya hukum Allah dalam kehidupan sosial serta pengaruhnya baik dan buruk dalam kehidupan manusia.

No comments:

Post a Comment