Thursday, 30 January 2014

Keterampilan yang Harus Dimiliki Guru dalam Mengajar

OLEH : AHMAD SHOLIHIN

A.  Pengertian Keterampilan Mengajar Guru

Dalam memberikan pengertian tentang keterampilan mengajar guru, maka dalam hal ini penulis akan mengemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.[1]
Menurut Alvin W Howard, mengajar adalah suatu aktivitas untuk memberi, menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan,mengubah atau mengembangkan ide (cita-cita).[2]
Menurut Warni Rasyidin mengemukakan bahwa mengajar adalah keterlibatan guru dan siswa dalam interaksi proses belajar mengajar. Guru sebagai koordinator menyusun,mengorganisasi dan mengatur situasi belajar.[3]
Menurut AG Soejono mengajar adalah usaha guru memimpin muridnya keperubahan situasi dalam arti kemajuan dalam proses perkembangan intelek pada khususnya dan proses perkembangan jiwa, sikap, pribadi serta keterampilan pada umumnya.[4]
Berdasarkan dengan pengertian diatas maka dapat dipahami bahwa mengajar adalah usaha yang dilaksanakan oleh guru melalui bahan pengajaran yang diarahkan kepada siswa agar dapat membawa perubahan baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Keterampilan mengajar guru adalah kecakapan atau kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran. Dengan demikian seorang guru harus mempunyai persiapan mengajar antara lain, guru harus menguasai bahan pengajaran mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas yang baik.
Keterampilan mengajar sangat penting dimiliki oleh seorang guru sebab guru memegang peranan penting dalam dunia pendidikan.oleh karena itu guru harus memiliki berbagai keterampilan menagajar antara lain:
1.   Keterampilan Bertanya.
Keterampilan bertanya adalah merupakan keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar, karena metode apapun, tujuan pengajaran apapun yang ingin dicapai dan bagaimana keadaan siswa yang dihadapi,maka bertanya kepada siswa merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Karena pertanyaan yang diajukan kepada siswa agar berpengaruh tidaklah mudah. Memberi pertanyaan perlu adanya latihan dari guru-guru. Sehingga diharapkan guru dapat menguasai dan melaksanakan keterampilan bertanya pada situasi yang tepat, sebab memberi pertanyaan secara efektif dan efisien akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku baik pada guru maupun dari siswa. Dari guru yang sebelumnya selalu aktif memberi informasi akan berubah menjadi banyak mengundang interaksi siswa, sedangkan dari siswa yang sebelumnya secara pasif mendegarkan keterangan guru akan berubah menjadi banyak berpartisipasi dalam bertanya,menjawab pertanyaan mengemukakan pendapat. Hal ini akan menimbulkan adanya cara belajar siswa aktif yang berkadar tinggi. Untuk lebih memudahkan guru dalam menggunakan keterampilan bertanya hendaknya seorang guru mengetahui kegunaan dari penggunaan keterampilan bertanya.[5]
Adapun kegunaan dari penggunaan keterampilan bertanya adalah
  1. Akan dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pokok bahasa yang akan dibahas.
  2. Dapat memusatkan perhatian siswa terhadap pokok bahasan
  3. Dapat mengembangkan keaktifan dan berfikir siswa
  4. Dapat mendorong siswa untuk dapat menggunakan pandangan-pandangan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas
  5. Sebagai umpan balik bagi guru untukmengetahui sejauhmana prestasi belajar siswa selama proses belajar mengajar
  6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan, mengorganisir dan memberi informasi yang pernah didapat sebelumnya.[6]
2. Keterampilan Memberi Penguatan
Yang dimaksud dengan keterampilan memberi penguatan adalah respon positif dari guru kepada anak didik yang telah melakukan suatu perbuatan baik. Pemberian penguatan ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar anak lebih giat berpartisiasi dalam interaksi belajar mengajar dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik walaupun pemberian penguatan sangat mudah pelaksanaannya, namun kadang-kadang banyak diantara guru yang tidak melakukan pemberian penguatan kepada muridnya yang melakukan perbuatan baik.
Pemberian penguatan dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa tujuan dan manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat antara lain:
  1. Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi
  2. Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif
  3. Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri
  4. Dapat meningkatkan cara belajar siswa aktif
  5. Dapat mendorong siswa untukeningkatkan belajarnya secara mandiri.[7]
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut, pemberian penguatan yang berlebihan akan berakibat fatal. Untuk itu ada beberapa halyang harus diperhatikan guru dalam pemberian penguatan antara lain:
a.   Hangat dan Antusias
Guru dalam memberikan penguatan kepada siswa hendaknya menunjukkan sifat yang baik, menarik dan juga sungguh-sungguh sehingga siswa merasa senang dengan sikap guru diwaktu memberi penguatan. Dalam pemberian penguatan diharapkan guru menunjukkan ekspresi wajah yang menarik, sinar mata yang sejuk, suara yang jelas dan enak didengar.
b. Bermakna
Pemberian penguatan hendaknya disesuaikan dengan tingkat pencapaian keberhasilan siswa dan mempunyai arti bagi siswa yang melakukan perbuatan itu sehingga penguatan dapat diterima siswa dengan senang hati.
c. Hindari Penggunaan Penguatan Negatif
Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi,penampilan dan tingkah laku siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat kompleks, dan secara psikologis agak kontraversial,karena itu sebaiknya dihindari banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki misalnya siswa menjadi frustasi,pemberani, hukuman dianggap sebagai kebanggaan,dan peristiwa akan terulang kembali.
d. Penggunaan Bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya dan diberikan secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama misalnya guru selalu menggunakan kata-kata “bagus” akan mengurangi efektivitas pemberian penguatan. Pemberian penguatan juga akan bermanfaat bila arah pemberiannya bervariasi, mula-mula keseluruhan anggota kelas,kemudian kelompok kecil, akhirnya keindividu, atau sebaliknya tidak berurutan.
3. Keterampilan Memberi Variasi
Variasi adalah suatu kegiatan Guru dalam konteks interaksi belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosana siswa sehingga dalam proses belajar mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme,serta penuh partisipasi.[8]
Keterampilan variasi yang tepat dalam proses belajar mengajar akan dapat memberi manfaat bagi siswa antara lain:
  1. Dapat menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang diberikan kepadanya.
  2. Dapat memberi motivasi kepada siswa untuk memusatkan perhatiannya pada proses belajar mengajar.
  3. Dapat menghindari kebosanan siswa dalam belajar.
  4. Dapat mendorong anak untuk mengadakan diskusi dengan temannya.[9]
Pemberian  Variasi dalam proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai perubahan pengajaran dari yang satu dengan yang lain disinilah pentingnya seorang Guru menguasai berbagai metode dalam mrngajar sebab dengan menggunakan berbagai metode dalam mengajar akan membangkitkan gairah belajar siswa. Misalnya saja seorang Guru diawal mata pelajaran menggunakan metode ceramah kemudian diselingi dengan metode tanya jawab mau tak mau siswa akan mempunyai keseriusan dalam memperhatikan pelajaran.
Ada tiga aspek dalam keterampilan memberi variasi yang harus dikuasai guru dalam proses belajar mengajar[10] yaitu:
1. Variasi dan Gaya Mengajar
Agar tidak terjadi kebosanan anak dalam belajar maka guru dapat melakukan variasi dalam gaya mengajar yang mana dalama memberi gaya mengajar ini guru dapat melakukan dengan cara variasi suara, penekanan, kontak pandang, gerakan anggota badan dan pindah posisi.
2. Variasi Media dan Bahan Ajaran
Tiap anak didik memiliki kemampuan indra yang tidak sama baik pendengaran maupun penglihatannya demikian juga kemampuan berbicara.ada yang lebih senang membaca, ada yang lebih mendengarkan, ada yang suka mendengarkan dulu baru membaca dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap anak didik dapat dikurangi. Untuk menarik perhatian anak didik misalnya, guru dapat memulai berbicara lebih dulu, kemudian menulis dipapan tulis dilanjutkan dengan melihat contoh kongkrit. Dengan varisi seperti itu dapat memberi stimulus terhadap indra anak didik.
Ada tiga variasi penggunaan media Menurut Syaiful Bahri Djamarah yaitu:
  1. Media Pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi, seperti buku, majalah, globe, majalah dinding, film, film Strip, TV, recorder, gambar grafik, dan lain-lain.
  1. Variasi Media Dengar
Media dengar yang dapat dipakai adalah pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.
  1. Variasi Media Taktil
Variasi media taktil adalah penggunaan media yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran.[11]
3. Variasi interaksi
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didik memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu:
  1. Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
  2. Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru dimana guru berbicara kepada anak didik.
Diantara dua kutub itu banyak kemungkinan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekolompok kecil anak didik melalui pengajuan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan anak didik secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar anak didik dapat saling tukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi.
4.  Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan siap mental dan menimbulkan perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup pelajaran adalah mengakhiri kegiatan inti pelajaran-pelajaran.[12]
Tujuan pokok dalam membuka pelajaran adalah untuk menyiapkan mental siswa agar siap memasuki mata pelajaran yang dibahas. Contoh membuka pelajaran; Guru: Nah anak- anak ! pada pertemuan kali ini kita akan mempelajari suatu pokok pelajaran baru tentang “ Shalat” tetapi sebelum memulai pelajaran maka coba perhatikan gambar ini? Ya. Kamu Una! Dan seterusnya. Sedangkan menutup pelajaran biasanya Guru merangkum materi pelajaran atau membuat garis besar dari mata pelajaran yang diajarkan sehingga siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang isi pelajaran. Biasa juga Guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang isi materi pelajaran atau memberi tugas rumah kepada siswa.
5.        Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif.[13] Yang termasuk kedalam hal ini adalah misalnya penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas anak didik, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.
6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil.
Yang dimaksud dengan diskusi kelompok kecil di sini adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah
Keterampilan membimbing diskusi memilih kelebihan dan keterbatasan antara lain :
  1. Kelebihannya
    1. Kelompok memiliki sumber daya yang lebih banyak daripada individu. Pengetahuan dan pengalaman sekelompok orang yang jelas lebih banyak dari pengetahuan dan pengalaman seseorang.
    2. Anggota kelompok sering diberi masukan dan motivasi dari anggota lain, yang berusaha agar sumbangan pikiran bermanfaat untuk keberprestasian kelompok.
    3. Kelompok dapat mengprestasikan keputusan yang lebih baik
    4. Anggota kelompok memiliki ikatan yang kuat terhadap keputusan yang diambil dengan melalui keterklibatannya dalam diskusi.
    5. Partisipasi dalam diskusi akan meningkatkan saling pengertian antar individu dalam satu kelompok dan dalam kelompok yang lain.
    6. Keterbatasan
      1. Diskusi memakan waktu
      2. Pemborosan waktu
      3. Diskusi dapat menekan pendirian
7. Keterampilan menjelaskan.
Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam berinteraksi dengan siswa didalam kelas.
Tujuan memberikan penjelasan antara lain:
  1. Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum, fakta, definisi dan prinsip secara obyektif.
  2. Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan
  3. Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalapahaman mereka.
  4. 4. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti- bukti dalam pemecahan masalah.[14]
B. Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian belajar adalah terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar” antara prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu prestasi dibahas jauh maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian prestasi.
Prestasi adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok.[15]
W.J.S Poerwadarmita berpendapat bahwa “prestasi” adalah prestasi yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sedangkan menurut Mas’ud khasan Abdul Qoha “prestasi” adalah apa yang telah diciptakan, prestasi pekerjaan, prestasi yang mnyenangkan hait yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sementara Nasru Harahap dan kawan-kawannya memberikan batasan bahwa “prestasi” adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.[16]
Dari berbagai pengertian dikemukakan oleh para ahli diatas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan namun intinya sama, yakni prestasi yang dicapai dari suatu kegiatan. untuk itu dapat dipahami bahwa prestasi adalah prestasi suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang mnyenangkan hati dan diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan itu.
Belajar adalah suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah tercapainya suatu perubahan dalam diri individu. Perubahan dalam menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya. Namun, untuk memperoleh penjelasan  yang lebih terarah penulis akan menjelaskan berbagai pendapat tentang belajar
Menurut Drs.H. Abdurrahman, mengatakan bahwa :
“Belajar adalah suatu perubahan pada diri individu dengan lingkungannya yang menjadikannya mendapat kemampuan yang lebih tinggi  untuk hidup secara damai dalam lingkungannya”.[17]
Menurut M. Ngalim Purwanto, mengatakan bahwa
“Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan, karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian pemecahan masalah/berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan,ataupun sikap”.[18]
Setelah kita mengetahui dan memahami pengertian diatas, maka dapat dipahami kata “prestasi” dan “belajar”. Prestasi pada dasarnya prestasi yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar pada dasarnya adalah proses yang mengakibatkan perubahan pada diri individu yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian dapat diambil pengertian yang sangat sederhana mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah prestasi yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai prestasi dari aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar mahasiswa yang diperoleh itu melalui suatu proses yang dinamakan usaha, keuletan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman.
C.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental) akan tetapi dapat pula dipengaruhi oleh faktor-faktor non intelegensi, karena itu IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberprestasian prestasi belajar siswa. Oleh karena itu perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar siswa yang dapat mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun.
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan prestasi interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan dua golongan yaitu:
  1. Faktor internal adalah segala sesuatu yang bersumber dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi lainnya sehingga siswa dapat belajar.[19] Adapun faktor-faktor yang tercakup di dalamnya yaitu:
  2. Faktor Jasmani (Fisiologis)
Faktor jasmani yaitu segala bentuk tubuh secara lahiriah dapat dilihat oleh mata, baik yang bersifat bawaan seperti penglihatan, pendengaran dan sebagainya.
  1. Faktor Psikologis
Faktor fsikologis adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan rohani siswa yang termasuk didalamnya adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat dan emosi. Semuanya itu mempunyai peranan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
  1. Faktor Kematangan Fisik dan Psikis
Faktor kematangan fisik dan psikis ini maksudnya adalah seseorang yang mengalami perkembangan fisik dalam arti bahwa kematangan fisik seseorang harus seimbang dengan perkembangan psikisnya.
  1. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berpengaruh dari luar diri seseorang. Adapun faktor-faktor yang tercakup didalamnya adalah sebagai berikut:
  2. Faktor Sosial
Faktor sosial yakni faktor yang disebabkan dari lingkunagn masyarakat, pengaruh ini terjadi karena keberadaannya ditengah tengah masyarakat. Dimana lingkungan itu berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
2. Faktor Lingkungan Fisik
Faktor lingkungan fisik itu bukan hanya berupa material atau benda tetapi dapat berupa kondisi iklim, dalam artian bahwa apabila kondisi dimana anak itu belajar tidak cocok, sehingga menimbulkan anak itu tidak merasa tenang dalam belajar, sehingga prestasinya menurun.
3. Faktor Budaya
Faktor budaya ini  terbagi dalam beberapa faktor diantaranya adalah faktor ilmu pengetahuan, kesenian, adat istiadat. Apabila kesemuanya ini semua tidak sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan siswa, maka akan mengalami hambatan dalam belajar

[1] W.J.S Poerwadarminto Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka. 1976) Hal. 188.
[2] Roestiyah.N.K. Masalah Ilmu Keguruan (Cet III. Jakarta: Bina Aksara. 1989).Hal.15.
[3] Drs. Abdurrahman. Pengelolaan Pengajaran. Cet.VI. Ujung Pandang. Bintang Selatan. 1994)Hal.15
[4] Drs Mustamin, Psikologi Pendidikan, Diktat 1996).Hal.246-247.
[5] Soetomo. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Cet.1 Surabaya. Usaha Nasional. 1993.Hal.178)
[6] Erna Syafiuddin, Skripsi Studi Tentang Korelasi Antara Keterampilan Mengajar Dengan Motifasi Belajar Siswa Pomdok Pesantren Moderen Manilingi Bulo- Bulo Kec.Perwakilan Arumgkeke Kab. Jeneponto ,(Makassar: Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin, 2000), hal 10-11
[7] Ibid, hal 14
[8] Muh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Cet.XVII; bandung: Rosdakarya, 2005), hal. 84
[9] Erna Syaffiudin, Op.cit , hal. 17-18
[10] Sytiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar , ( Banjarmasin: Rineka Cipta, 1995) , hal.188-192
[11] Syaiful Bahri Djamarah. Guru Dan Anak Didik Interaksi Edukatif. PT Rineka Cipta. Jakarta 1997) Hal. 129
[12] Ibid.Hal. 139
[13] Ibid. hal .145
[14] Muh. Uzer Usman, Op. cit. Hal 88-89
[15] Syaiful Bahri djamarah, Prestasi Belajar dan Kompotensi, Surabaya : PT Usaha Nasional, 1994 ), hal 19
[16] Ibid. hal 20-22
[17] Abdul Rahman , Pengelolaan Pemgajaran, ( Cet. V; Bamdung : Remaja Rosdakarya 1990 ), hal . 84
[18] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan , ( Cet. V; Bandung : Remaja Rosdakarya 1990 ) , hal. 84
[19] Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, ( Cet. III; Jakarta : Rineka Cipta , 2004 ) , hal. 138

No comments:

Post a Comment