OLEH : AHMAD SHOLIHIN
A. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru
Dalam memberikan pengertian tentang keterampilan mengajar guru, maka dalam hal ini
penulis akan mengemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh
beberapa ahli keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.[1]
Menurut Alvin
W Howard, mengajar adalah suatu aktivitas untuk memberi, menolong,
membimbing seseorang untuk mendapatkan,mengubah atau mengembangkan ide
(cita-cita).[2]
Menurut Warni Rasyidin mengemukakan
bahwa mengajar adalah keterlibatan guru dan siswa dalam interaksi proses
belajar mengajar. Guru sebagai koordinator menyusun,mengorganisasi dan mengatur situasi belajar.[3]
Menurut AG Soejono mengajar adalah usaha guru memimpin muridnya keperubahan situasi dalam arti kemajuan dalam proses perkembangan intelek pada khususnya dan proses perkembangan jiwa, sikap, pribadi serta keterampilan pada umumnya.[4]
Berdasarkan dengan pengertian diatas
maka dapat dipahami bahwa mengajar adalah usaha yang dilaksanakan oleh
guru melalui bahan pengajaran yang diarahkan kepada siswa agar dapat membawa perubahan baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Keterampilan mengajar guru adalah
kecakapan atau kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran. Dengan
demikian seorang guru harus mempunyai persiapan mengajar antara lain, guru harus menguasai bahan pengajaran mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas yang baik.
Keterampilan mengajar sangat penting
dimiliki oleh seorang guru sebab guru memegang peranan penting dalam
dunia pendidikan.oleh karena itu guru harus memiliki berbagai
keterampilan menagajar antara lain:
1. Keterampilan Bertanya.
Keterampilan bertanya adalah merupakan
keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar
mengajar, karena metode apapun, tujuan pengajaran apapun yang ingin
dicapai dan bagaimana keadaan siswa yang dihadapi,maka bertanya kepada
siswa merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Karena pertanyaan
yang diajukan kepada siswa agar berpengaruh tidaklah mudah. Memberi
pertanyaan perlu adanya latihan dari guru-guru. Sehingga diharapkan guru
dapat menguasai dan melaksanakan keterampilan bertanya pada situasi
yang tepat, sebab memberi pertanyaan secara efektif dan efisien akan
dapat menimbulkan perubahan tingkah laku baik pada guru maupun dari
siswa. Dari guru yang sebelumnya selalu aktif memberi informasi akan
berubah menjadi banyak mengundang interaksi siswa, sedangkan dari siswa
yang sebelumnya secara pasif mendegarkan keterangan guru akan berubah
menjadi banyak berpartisipasi dalam bertanya,menjawab pertanyaan
mengemukakan pendapat. Hal ini akan menimbulkan adanya cara belajar
siswa aktif yang berkadar tinggi.
Untuk lebih memudahkan guru dalam menggunakan keterampilan bertanya
hendaknya seorang guru mengetahui kegunaan dari penggunaan keterampilan
bertanya.[5]
Adapun kegunaan dari penggunaan keterampilan bertanya adalah
- Akan dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pokok bahasa yang akan dibahas.
- Dapat memusatkan perhatian siswa terhadap pokok bahasan
- Dapat mengembangkan keaktifan dan berfikir siswa
- Dapat mendorong siswa untuk dapat menggunakan pandangan-pandangan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas
- Sebagai umpan balik bagi guru untukmengetahui sejauhmana prestasi belajar siswa selama proses belajar mengajar
- Dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan, mengorganisir dan memberi informasi yang pernah didapat sebelumnya.[6]
2. Keterampilan Memberi Penguatan
Yang dimaksud dengan keterampilan
memberi penguatan adalah respon positif dari guru kepada anak didik yang
telah melakukan suatu perbuatan baik. Pemberian penguatan ini dilakukan
oleh guru dengan tujuan agar anak lebih giat berpartisiasi dalam
interaksi belajar mengajar dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang
baik walaupun pemberian penguatan sangat mudah pelaksanaannya, namun
kadang-kadang banyak diantara guru yang tidak melakukan pemberian
penguatan kepada muridnya yang melakukan perbuatan baik.
Pemberian penguatan dalam proses belajar
mengajar mempunyai beberapa tujuan dan manfaat apabila dapat dilakukan
dengan tepat antara lain:
- Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi
- Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif
- Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri
- Dapat meningkatkan cara belajar siswa aktif
- Dapat mendorong siswa untukeningkatkan belajarnya secara mandiri.[7]
Walaupun pemberian penguatan sifatnya
sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan
yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena
penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan
siswa tersebut, pemberian penguatan yang berlebihan akan berakibat
fatal. Untuk itu ada beberapa halyang harus diperhatikan guru dalam
pemberian penguatan antara lain:
a. Hangat dan Antusias
Guru dalam memberikan penguatan kepada
siswa hendaknya menunjukkan sifat yang baik, menarik dan juga
sungguh-sungguh sehingga siswa merasa senang dengan sikap guru diwaktu
memberi penguatan. Dalam pemberian penguatan diharapkan guru menunjukkan
ekspresi wajah yang menarik, sinar mata yang sejuk, suara yang jelas
dan enak didengar.
b. Bermakna
Pemberian penguatan hendaknya
disesuaikan dengan tingkat pencapaian keberhasilan siswa dan mempunyai
arti bagi siswa yang melakukan perbuatan itu sehingga penguatan dapat
diterima siswa dengan senang hati.
c. Hindari Penggunaan Penguatan Negatif
Walaupun pemberian kritik atau hukuman
adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi,penampilan dan tingkah laku
siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat kompleks, dan
secara psikologis agak kontraversial,karena itu sebaiknya dihindari
banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki misalnya siswa menjadi
frustasi,pemberani, hukuman dianggap sebagai kebanggaan,dan peristiwa
akan terulang kembali.
d. Penggunaan Bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya diberikan
secara bervariasi baik komponennya maupun caranya dan diberikan secara
hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama
misalnya guru selalu menggunakan kata-kata “bagus” akan mengurangi
efektivitas pemberian penguatan. Pemberian penguatan juga akan
bermanfaat bila arah pemberiannya bervariasi, mula-mula keseluruhan
anggota kelas,kemudian kelompok kecil, akhirnya keindividu, atau
sebaliknya tidak berurutan.
3. Keterampilan Memberi Variasi
Variasi adalah suatu kegiatan Guru dalam
konteks interaksi belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi
kebosana siswa sehingga dalam proses belajar mengajar murid senantiasa
menunjukkan ketekunan, antusiasme,serta penuh partisipasi.[8]
Keterampilan variasi yang tepat dalam proses belajar mengajar akan dapat memberi manfaat bagi siswa antara lain:
- Dapat menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang diberikan kepadanya.
- Dapat memberi motivasi kepada siswa untuk memusatkan perhatiannya pada proses belajar mengajar.
- Dapat menghindari kebosanan siswa dalam belajar.
- Dapat mendorong anak untuk mengadakan diskusi dengan temannya.[9]
Pemberian Variasi dalam proses belajar
mengajar dapat diartikan sebagai perubahan pengajaran dari yang satu
dengan yang lain disinilah pentingnya seorang Guru menguasai berbagai
metode dalam mrngajar sebab dengan menggunakan berbagai metode dalam
mengajar akan membangkitkan gairah belajar siswa. Misalnya saja seorang
Guru diawal mata pelajaran menggunakan metode ceramah kemudian diselingi
dengan metode tanya jawab mau tak mau siswa akan mempunyai keseriusan
dalam memperhatikan pelajaran.
Ada tiga aspek dalam keterampilan memberi variasi yang harus dikuasai guru dalam proses belajar mengajar[10] yaitu:
1. Variasi dan Gaya Mengajar
Agar tidak terjadi kebosanan anak dalam
belajar maka guru dapat melakukan variasi dalam gaya mengajar yang mana
dalama memberi gaya mengajar ini guru dapat melakukan dengan cara
variasi suara, penekanan, kontak pandang, gerakan anggota badan dan
pindah posisi.
2. Variasi Media dan Bahan Ajaran
Tiap anak didik memiliki kemampuan indra
yang tidak sama baik pendengaran maupun penglihatannya demikian juga
kemampuan berbicara.ada yang lebih senang membaca, ada yang lebih
mendengarkan, ada yang suka mendengarkan dulu baru membaca dan
sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang
dimiliki tiap anak didik dapat dikurangi. Untuk menarik perhatian anak
didik misalnya, guru dapat memulai berbicara lebih dulu, kemudian
menulis dipapan tulis dilanjutkan dengan melihat contoh kongkrit. Dengan
varisi seperti itu dapat memberi stimulus terhadap indra anak didik.
Ada tiga variasi penggunaan media Menurut Syaiful Bahri Djamarah yaitu:
- Media Pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan
sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi,
seperti buku, majalah, globe, majalah dinding, film, film Strip, TV,
recorder, gambar grafik, dan lain-lain.
- Variasi Media Dengar
Media dengar yang dapat dipakai adalah
pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman
drama, wawancara yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan
pelajaran.
- Variasi Media Taktil
Variasi media taktil adalah penggunaan
media yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan
memanipulasi benda atau bahan ajaran.[11]
3. Variasi interaksi
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didik memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu:
- Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
- Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru dimana guru berbicara kepada anak didik.
Diantara dua kutub itu banyak
kemungkinan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekolompok
kecil anak didik melalui pengajuan beberapa pertanyaan atau guru
berbincang dengan anak didik secara individual, atau guru menciptakan
situasi sedemikian rupa sehingga antar anak didik dapat saling tukar
pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi.
4. Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka adalah perbuatan
guru untuk menciptakan siap mental dan menimbulkan perhatian anak didik
agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup pelajaran
adalah mengakhiri kegiatan inti pelajaran-pelajaran.[12]
Tujuan pokok dalam membuka pelajaran
adalah untuk menyiapkan mental siswa agar siap memasuki mata pelajaran
yang dibahas. Contoh membuka pelajaran; Guru: Nah anak- anak ! pada
pertemuan kali ini kita akan mempelajari suatu pokok pelajaran baru
tentang “ Shalat” tetapi sebelum memulai pelajaran maka coba perhatikan
gambar ini? Ya. Kamu Una! Dan seterusnya. Sedangkan menutup pelajaran
biasanya Guru merangkum materi pelajaran atau membuat garis besar dari
mata pelajaran yang diajarkan sehingga siswa memperoleh gambaran yang
jelas tentang isi pelajaran. Biasa juga Guru mengajukan beberapa
pertanyaan tentang isi materi pelajaran atau memberi tugas rumah kepada
siswa.
5. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan
guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif
dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif.[13]
Yang termasuk kedalam hal ini adalah misalnya penghentian tingkah laku
anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi
ketepatan waktu penyelesaian tugas anak didik, atau penetapan norma
kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat
tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran
serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pengajaran.Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan
siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan
kelas.
6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil.
Yang dimaksud dengan diskusi kelompok
kecil di sini adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif
untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan
masalah
Keterampilan membimbing diskusi memilih kelebihan dan keterbatasan antara lain :
- Kelebihannya
- Kelompok memiliki sumber daya yang lebih banyak daripada individu. Pengetahuan dan pengalaman sekelompok orang yang jelas lebih banyak dari pengetahuan dan pengalaman seseorang.
- Anggota kelompok sering diberi masukan dan motivasi dari anggota lain, yang berusaha agar sumbangan pikiran bermanfaat untuk keberprestasian kelompok.
- Kelompok dapat mengprestasikan keputusan yang lebih baik
- Anggota kelompok memiliki ikatan yang kuat terhadap keputusan yang diambil dengan melalui keterklibatannya dalam diskusi.
- Partisipasi dalam diskusi akan meningkatkan saling pengertian antar individu dalam satu kelompok dan dalam kelompok yang lain.
- Keterbatasan
- Diskusi memakan waktu
- Pemborosan waktu
- Diskusi dapat menekan pendirian
7. Keterampilan menjelaskan.
Keterampilan menjelaskan adalah
penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik
untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya,
misalnya antara sebab dan akibat, definisi dan contoh atau dengan
sesuatu yang belum diketahui.Penyampaian informasi yang terencana dengan
baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama
kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek
yang amat penting dari kegiatan guru dalam berinteraksi dengan siswa
didalam kelas.
Tujuan memberikan penjelasan antara lain:
- Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum, fakta, definisi dan prinsip secara obyektif.
- Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan
- Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalapahaman mereka.
- 4. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti- bukti dalam pemecahan masalah.[14]
B. Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian belajar adalah terdiri dari
dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar” antara prestasi dan belajar
mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu prestasi dibahas jauh maka
terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian prestasi.
Prestasi adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok.[15]
W.J.S Poerwadarmita berpendapat bahwa
“prestasi” adalah prestasi yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya). Sedangkan menurut Mas’ud khasan Abdul Qoha “prestasi”
adalah apa yang telah diciptakan, prestasi pekerjaan, prestasi yang
mnyenangkan hait yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sementara
Nasru Harahap dan kawan-kawannya memberikan batasan bahwa “prestasi”
adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang
berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada
mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.[16]
Dari berbagai pengertian dikemukakan
oleh para ahli diatas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu
sebagai penekanan namun intinya sama, yakni prestasi yang dicapai dari
suatu kegiatan. untuk itu dapat dipahami bahwa prestasi adalah prestasi
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang mnyenangkan hati
dan diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun
secara kelompok dalam bidang kegiatan itu.
Belajar adalah suatu aktifitas yang
sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah tercapainya suatu
perubahan dalam diri individu. Perubahan dalam menuju perkembangan
pribadi individu seutuhnya. Namun, untuk memperoleh penjelasan yang
lebih terarah penulis akan menjelaskan berbagai pendapat tentang belajar
Menurut Drs.H. Abdurrahman, mengatakan bahwa :
“Belajar adalah suatu perubahan pada
diri individu dengan lingkungannya yang menjadikannya mendapat kemampuan
yang lebih tinggi untuk hidup secara damai dalam lingkungannya”.[17]
Menurut M. Ngalim Purwanto, mengatakan bahwa
“Belajar adalah tingkah laku yang
mengalami perubahan, karena belajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam
pengertian pemecahan masalah/berfikir, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan,ataupun sikap”.[18]
Setelah kita mengetahui dan memahami
pengertian diatas, maka dapat dipahami kata “prestasi” dan “belajar”.
Prestasi pada dasarnya prestasi yang diperoleh dari suatu aktivitas,
sedangkan belajar pada dasarnya adalah proses yang mengakibatkan
perubahan pada diri individu yaitu perubahan tingkah laku. Dengan
demikian dapat diambil pengertian yang sangat sederhana mengenai hal
ini. Prestasi belajar adalah prestasi yang diperoleh berupa kesan-kesan
yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai prestasi dari
aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar mahasiswa yang diperoleh itu
melalui suatu proses yang dinamakan usaha, keuletan untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar itu tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang
rendah (kelainan mental) akan tetapi dapat pula dipengaruhi oleh
faktor-faktor non intelegensi, karena itu IQ yang tinggi belum tentu
menjamin keberprestasian prestasi belajar siswa. Oleh karena itu perlu
memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar siswa
yang dapat mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun.
Prestasi belajar yang dicapai seorang
individu merupakan prestasi interaksi dari berbagai faktor yang
mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan dua
golongan yaitu:
- Faktor internal adalah segala sesuatu yang bersumber dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi lainnya sehingga siswa dapat belajar.[19] Adapun faktor-faktor yang tercakup di dalamnya yaitu:
- Faktor Jasmani (Fisiologis)
Faktor jasmani yaitu segala bentuk tubuh
secara lahiriah dapat dilihat oleh mata, baik yang bersifat bawaan
seperti penglihatan, pendengaran dan sebagainya.
- Faktor Psikologis
Faktor fsikologis adalah faktor yang
berhubungan dengan keadaan rohani siswa yang termasuk didalamnya adalah
intelegensi, perhatian, minat, bakat dan emosi. Semuanya itu mempunyai
peranan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
- Faktor Kematangan Fisik dan Psikis
Faktor kematangan fisik dan psikis ini
maksudnya adalah seseorang yang mengalami perkembangan fisik dalam arti
bahwa kematangan fisik seseorang harus seimbang dengan perkembangan
psikisnya.
- Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berpengaruh dari luar diri seseorang. Adapun faktor-faktor yang tercakup didalamnya adalah sebagai berikut:
- Faktor Sosial
Faktor sosial yakni faktor yang
disebabkan dari lingkunagn masyarakat, pengaruh ini terjadi karena
keberadaannya ditengah tengah masyarakat. Dimana lingkungan itu
berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
2. Faktor Lingkungan Fisik
Faktor lingkungan fisik itu bukan hanya
berupa material atau benda tetapi dapat berupa kondisi iklim, dalam
artian bahwa apabila kondisi dimana anak itu belajar tidak cocok,
sehingga menimbulkan anak itu tidak merasa tenang dalam belajar,
sehingga prestasinya menurun.
3. Faktor Budaya
Faktor budaya ini terbagi dalam
beberapa faktor diantaranya adalah faktor ilmu pengetahuan, kesenian,
adat istiadat. Apabila kesemuanya ini semua tidak sesuai dengan
pemahaman dan pengetahuan siswa, maka akan mengalami hambatan dalam
belajar
[1] W.J.S Poerwadarminto Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka. 1976) Hal. 188.
[2] Roestiyah.N.K. Masalah Ilmu Keguruan (Cet III. Jakarta: Bina Aksara. 1989).Hal.15.
[3] Drs. Abdurrahman. Pengelolaan Pengajaran. Cet.VI. Ujung Pandang. Bintang Selatan. 1994)Hal.15
[4] Drs Mustamin, Psikologi Pendidikan, Diktat 1996).Hal.246-247.
[5] Soetomo. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Cet.1 Surabaya. Usaha Nasional. 1993.Hal.178)
[6] Erna Syafiuddin, Skripsi
Studi Tentang Korelasi Antara Keterampilan Mengajar Dengan Motifasi
Belajar Siswa Pomdok Pesantren Moderen Manilingi Bulo- Bulo
Kec.Perwakilan Arumgkeke Kab. Jeneponto ,(Makassar: Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin, 2000), hal 10-11
[7] Ibid, hal 14
[8] Muh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Cet.XVII; bandung: Rosdakarya, 2005), hal. 84
[9] Erna Syaffiudin, Op.cit , hal. 17-18
[10] Sytiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar , ( Banjarmasin: Rineka Cipta, 1995) , hal.188-192
[11] Syaiful Bahri Djamarah. Guru Dan Anak Didik Interaksi Edukatif. PT Rineka Cipta. Jakarta 1997) Hal. 129
[12] Ibid.Hal. 139
[13] Ibid. hal .145
[14] Muh. Uzer Usman, Op. cit. Hal 88-89
[15] Syaiful Bahri djamarah, Prestasi Belajar dan Kompotensi, Surabaya : PT Usaha Nasional, 1994 ), hal 19
[16] Ibid. hal 20-22
[17] Abdul Rahman , Pengelolaan Pemgajaran, ( Cet. V; Bamdung : Remaja Rosdakarya 1990 ), hal . 84
[18] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan , ( Cet. V; Bandung : Remaja Rosdakarya 1990 ) , hal. 84
[19] Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, ( Cet. III; Jakarta : Rineka Cipta , 2004 ) , hal. 138
No comments:
Post a Comment