Oleh : AHMAD SHOLIHIN
# Pengertian Ilmu
“Secara bahasa pengertian ilmu adalah
lawan kata bodoh/Jahil, sedang secara istilah berarti sesuatu yang
dengannya akan tersingkaplah segala hakikat yang secara sempurna. Secara
istilah Syar’i pengertian ilmu yaitu, ilmu yang sesuai dengan amal,
baik amalan hati, lisan maupun anggota badan dan sesuai dengan petunjuk
Rasulullah Saw.”[1]
Ibnu Munir berkata : “Ilmu adalah syarat
benarnya perkataan dan perbuatan, keduanya tidak akan bernilai kecuali
dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum perkataan dan perbuatan, karena
ilmu merupakan pembenar niat, sedangkan amal tidak akan di terima
kecuali dengan niat yang benar.”[2]
Dalam pengertian lain “Ilmu itu modal, tak punya ilmu keuntungan apa yang bisa didapat, ilmu adalah kunci untuk membuka pintu kebaikan kesuksesan, kunci untuk menjawab pertanyaan dan masalah di dunia . . .” [3]
Berdasarkan beberapa definisi tentang pengertian ilmu di atas
dapat disimpulkan bahwa, ilmu merupakan sesuatu yang penting bagi
kehidupan manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan
manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah baik secara
lisan (perkataan), maupun berupa perbuatan (anggota badan), tanpa ilmu
kesuksesan tak pernah ketemu karena ilmu merupakan bagian terpenting
dalam kehidupan seperti kebutuhan manusia akan oksigen untuk bernapas.
# Pengertian Menuntut Ilmu
“Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.”[4]
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaiman sabda Nabi Muhammad Saw.
Artinya :
“Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan”
Mu’adz bin
Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena
mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya
adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad,
mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.”[5]
Dengan demikian perintah menuntut ilmu
tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di
harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri
individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan
perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.
Waktu untuk menuntut ilmu tidak terbatas
pada usia masuk sekolah dasar atau Madrasah Ibidaiyah sampai
keperguruan tinggi, tetapi masa untuk menuntut ilmu ialah sejak manusia
di lahirkan dan berakhir pada saat manusia meninggal dunia, orang barat
menyebtnya “Long Life Education”
pendidikan seumur hidup. Orang yang menuntut ilmu akan diberikan pahala
yang sangat besar. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan lain-lain dari shabat Abu Hurairah, Rasulullah Saw. Bersabda :
Artinya :
“Barangsiapa berjalan di suatu tempat guna menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Syurga.”[6]
Pentingnya Menuntut Ilmu
Ilmu amatlah luas, jika di pelajari
tidak akan pernah selesai, selama bumi masih berputar, selama hayat di
kandung badan selama itu pula
manusia memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya cukup pada
perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus
menerus melakukan belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu
senantiasa menyesuaikan dengan alam dan perkembangan zaman. Jika manusia
berhenti belajar sementara zaman terus berkembang maka manusia akan
tertinggal oleh zaman sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan
tuntutan zaman, terutama pada zaman sekarang ini, zaman yang di sebut
dengan era globalisasi, orang di tuntut untuk memiliki bekal yang cukup
banyak, berupa ilmu pengetahuan. Bahkan kalau perlu menuntut ilmu di
lakukan tidak hanya di tempat yang dekat tetapi kalau perlu harus
mengembara untuk menuntut ilmu di tempat yang jauh. Seperti sabda
Rasulullah Saw. :
“Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina.”[7]
Disebutkan negara Cina karena pada zaman
Nabi Muhammad pada permulaan abad VII Masehi negeri yang terjauh dan
terkenal di Arab adalah negeri Cina tampak asal barang-barang mewah
seperti kain sutera, porselin atau keramik.
“Makin tinggi seseorang menuntut ilmu,
makin tinggi pula nilai ilmu yang ia miliki, makin tinggi ilmu seseorang
makin banyak kesempatan bagi orang tersebut untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.”[8]
Peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
seseorang sangat besar, dengan ilmu pengetahuan, derajat manusia akan
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Seperti firman Allah dalam
Surat Al-Mujaadilah ayat ; 11
( Æìsùöt? ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_u?y? 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×?Î7yz
“Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.[9]
Segala jenis pekerjaan yang dilakukan
selalu memerlukan ilmu pengetahuan, dalam kehidupan sehari-hari
misalnya, dapat dilihat bahwa pada umumnya orang yang memiliki ilmu
pengetahuan yang tinggi, taraf kehidupannya lebih baik dari pada orang
yang tidak memiliki ilmu pengetahuan atau orang ilmu pengetahuannya
rendah, baik ilmu agama maupun ilmu umum biasanya tidak mengalami
kesulitan dalam memenuhi atau menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari,
misalnya untuk makan, pakaian, obat-obatan dan tempat tinggal.
Satu hal yang lebih penting lagi, bahwa
orang yang berilmu memiliki pendirian yang teguh, tidak mudah
terombang-ambing tidak mudah tergoda oleh bujukan syetan. Sebagaimana
sabda Rasulullah Saw.
Artinya :
“Seseorang yang alim lebih sulit di goda
oleh syetan dari pada seribu orang yang ahli ibadah (tetapi tidak
berilmu),” (H.R. Turmudzi).[10]
Allah menyuruh manusia untuk menuntut
ilmu tidak hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu umum. Dimana kedua ilmu
ini selain memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia itu sendiri,
juga memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat serta bagi
bangsa dan negara.
Dapat di lihat dalam kehidupan
masyarakat terjadinya gangguan ketertiban di akibatkan karena beberapa
faktor, salah satunya ialah kurangnya ilmu pengetahuan yang di miliki
oleh anggota masyarakat itu, seperti :
- Kurangnya pengetahuan agama dalam suatau anggota masyarakat mengakibatkan kurang mengerti / paham tentang batas-batas halal dan haram sehingga cenderung berbuat seenaknya, tidak tahu malu, dan tidak tahu sopan santun.
- Kurangnya pengetahuan umum karena tidak bersekolah atau putus sekolah, sehingga tidak terampil menciptakan pekerjaan sendiri, sulit mencari pekerjaan akibatnya sulit mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jika keadaannya demikian ditambah lagi dengan kurangnya pengetahuan tentang agama maka orang mudah terjerumus kedalam perbuatan yang dilarang oleh agama seperti berjudi, mencuri, merampok, bahkan membunuh.
Islam sangat memperhatikan kebahagiaan
dunia dan akhirat sebagaimana firman Allah Swt, yang artinya,
“Peliharalah diri dan keluargamu dariapi neraka.” Keluarga adalah
masyarakat terkecil, jika semua keluarga di dalam masyarakat itu baik,
maka baik pulalah kehidupan dalam masyarakat dan alangkah indahnya
sesuatu masyarakat yang anggota masyarakatnya memiliki keterpaduan
antara ilmu agama dan ilmu umum.
Tidak dapat di sangkal lagi bahwa ilmu
pengetahuan sangat besar peranannya bagi bangsa dan negara, sejarah
telah membuktikan bahwa negara yang maju adalah negara yang maju ilmu
pengetahuannya. Dahulu, sekitar tahun 1945 – 1966 tingkat kesejahteraan
rakyat Indonesia masih rendah, hal itu disebabkan karena pada waktu itu
taraf pendidikan rakyat indonesia masih rendah. Namun sekarang pada
umumnya sudah baik itu semua berkat usaha pemerintah dalam meningkatkan
taraf penguasaan ilmu pengetahuan melalui wajib belajar bagi setiap
warga negara ialah 9 tahun (tingkat SLTP).
Pentingnya ilmu pengetahuan dalam
kehidupan manusia karena “tanpa ilmu sedikit sekali yang dapat diperbuat
manusia dalam hidupnya….”[11]
Suatu contoh : untuk memperoleh pekerjaan saja perusahaan atau
instansi, baik negeri maupun swasta selalu mempertanyakan Ijazah, orang
yang memiliki ijazah tinggi akan memperoleh jabatan dan ditempatkan di
tempat yang sesuai dengan ijazahnya, sebaliknya orang yang memiliki
ijazah yang rendah di tempatkan pada posisi yang rendah sesuai dengan
ijazahnya.
Pentingnya Mengamalkan Ilmu
Ilmu yang telah didapat dari usaha
menuntut ilmu adalah untuk di amalkan karena ilmu itu terjaga dan tidak
mudah hilang apabila telah diamalkan, terkhusus pada diri sendiri,
apakah ilmu yang telah didapat di amalkan pada kebaikan diri sendiri
karena sebelum mengamalkan ilmu pada orang lain setidaknya telah
diamalkan pada diri sendiri. Setinggi apapun seseorang menuntut ilmu
jika tidak di amalkan maka dengan sendirinya ilmu tersebut akan mudah
hilang, ilmu akan bertambah jika di amalkan sebaliknya ilmu akan
menghilang jika tidak di amalkan.
Diantara salaf ada
yang berkata-kata : “usaha kami untuk menjaga ilmu yang kami miliki
bersandar pada amalan kami, sebagian lagi mengatakan : ilmu itu menuntut
untuk di amalkan, jika tuntutan ilmu itu telah terpenuhi maka ia akan
menetap dan jika tidak di penuhi maka ia akan pergi menghilang.”[12]
Sekecik apapun ilmu yang diajarkan
kepada orang lain selama itu bersifat kebaikan niscaya Allah akan
senantiasa meridhainya. Ibnu Abbas berkata : “Sesungguhnya orang yang
mengajarkan kebaikan kepada orang lain, maka setiap hewan melata akan
menohonkan ampunan baginya, termasuk pula ikan paus di lautan,
(Mukhtasar Minhajul Qashidin ; 11).”[13]
Orang yang mengajarkan ilmu akan mendapatkan balasan pahala seperti
pahala orang yang mengamalkan ilmu tersebut, dan yang lebih utamanya
lagi ialah pahala seorang alim akan terus bermanfaat dan tidak akan
terputus meskipun telah wafat.
Dengan mengaplikasikan ilmu yang telah
didapat dan menyeru kepadaNya serta berlaku sabar dalam menjalaninya agr
ilmu yang telah di peroleh memiliki buah yang baik dan dapat
berkembang, dengan demikian banyak orang lain yang dapat menfaat dari
ilmu tersebut.
Hendaklah diketahui bahwa hanya dengan
ilmu derajat seseorang bisa terangkat, kecuali jika ilmu tersebut telah
diamalkan. Dalam menafsirkan ayat ; “Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan dengan ayat-ayat itu” (QS. Al-A’raaf ; 176).”[14]
Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa hanya dengan ilmu, derajat
seseorang tidak bisa terangkat, karena Allah telah mengkhabarkan dalam
ayat tersebut bahwa dia telah mendatangkan kepada sekelompok orang
ayat-ayat tersebut, dan ia tidak bisa mengangkat derajat mereka.
Sesungguhnya derajat orang yang berilmu hanyalah terangkat sesuai dengan
kadar pengemalannya dan seseorang yang telah mengamalkan ilmu yang
telah di dapatnya niscaya Allah Swt akan mengajarkan kepadanya ilmu yang
belum di kehendakinya.
[1] Abu Fatiah Al-Adnani, op.cit. hal. 5-6
[2] Ibid. hal. 14
[3] Solikin Abu Izudin. Loc.cit.
[4]Ibid.
[5]Abu Fatiah Al-Adnani, loc.cit
[6] Drs. Masan Al-Fat.,et.al., Aqidak Akhlak (Semarang, 1994),hal. 142-143
[7] Ibid.
[8]Ibid. hal.144
[9] Tafsir
[10]Drs. Masan Al-Fat op.cit, hal. 146
[11] Solikin Abu Izzudin, loc.cit,.
[12] Abu Fatiah Al-Adnani, op.cit, hal. 18
[13] Ibid, hal. 10
[14] Ibid, hal.10
No comments:
Post a Comment